Pages

Subscribe:

Minggu, 22 Januari 2012

Drenges, Surga dari Bojonegoro yang Terlupakan

Selasa, 3 Januari 2012. Mengisi liburan Pekan Sunyi dan liburan semester mahasiswa Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang yang berasal dari Bojonegoro yang tergabung dalam BSB (Brawijaya Student from Bojonegoro) UB dan HIMABO (Himpunan Mahaiswa Bojonegoro) UM mengadakan suatu acara bertajuk liburan sekaligus belajar memahami potensi Kabupaten Bojonegoro. Dimulai dengan berkumpul di utara gedung Maharani (selatan alun - alun Bojonegoro) dua ormada yang sama - sama menempuh pendidikan di Malang ini memulai perjalanan petualangan, didampingi oleh Pak Dhe Uban yang juga merupakan Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bojonegoro.
Perjalanan arak -arakan menuju tempat lokasi pertama ekspedisi terbilang berliku terlebih ketika menuju tempat lokasi pertama tepatnya di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras begitu lumayan berliku, jalanan bebatuan bercampur tanah gamping membuat laju kendaraan sedikit terhambat. Dimulai ekspedisi dari alun - alun Bojonegoro, rombongan tiba di Desa Drenges sekitar pukul 11.00 wib. Teriknya sinar mentari tak membuat nyali dan semangat 22 mahasiswa yang terdiri 11 orang BSB dan 11 orang HIMABO ini tertelan panasnya mentari. Sejenak ketika sampai di Desa Drenges, rombongan beristirahat di sebuah musholla kecil yang terletak di tengah sawah sambil menunggu pemandu wisata yang akan mendampingi dan menjelaskan mengenai objek lokasi yang akan kita kunjungi. Hampir setengah jam kita menunggu akhirnya kita memtuskan untuk menjemput Pak Dhe Uban yang sedang bersama sang pemandu di sebuah warung kopi tak jauh dari musholla tadi. Sebentar kita lepaskan lelah dengan meminum secangkir kopi dan memakan jajanan yang ada di sana tim ekspedisi langsung meluncur ke tempat tujuan. Namun ada beberapa tantangan sebelum melangkah ke tempat tujuan, salah satu sepeda motor dari rombongan HIMABO mengalami insiden ban bocor, hal ini yang membuat sebagian rombongan HIMABO UM memutuskan untuk menunggu bersama, sedangkan kita dari BSB bersama sang pemandu wisata dan Pak Dhe Uban dipersilakan untuk berangkat dahulu. Sepeluh menit dari tempat warung kopi tersebut kami sampai di Sungai Alami di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras, perjalanan yang amat melelahkan hal ini dikarenakan jalanan yang masih berupa bebatuan bercampur tanah liat sehingga sangat licin terlebih malam sebelumnya daerah tersebut diguyur hujan. Memang benar - benar perjuangan kita sangat berat, bahkan Pak Dhe yang dibonceng oleh sang pemandu wisata itu harus terjatuh dari sepeda motor ketika sampai pada lokasi, beruntung beliau berdua tidak mengalami cedera yang parah.
Berjalan 20 meter dari tempat kami memarkir sepeda motor sudah tampak gemericik air sungai yang begitu asri, begitu asri lingkungannya sampai kami dan tim ekspedisi harus berusaha berjalan dengan sangat hati - hati karena licinnya tanah dan terjalnya bebatuan yang ada di sana. Namun rasa lelah kita seakan terbayar lunas ketika melihat kejernihan air di Sungai, terlebih ketika melihat kiri kanan sungai yang masih sangat alami. Sebuah objek yang bisa disebut sebagai surge tersembunyi dari Kabupaten Bojonegoro. Di sinilah kekompakan, kerjasama antar anggota, dan solidariatas begitu diuji, dikarenakan medannya yang berat maka kami harus saling berpegangan sesama anggota tim untuk melewati setiap rintangan yang ada. Dibalik itu kami merasakan sebuah hikmah kekompakan tim yang selama ini kita jalani sudah semakin kompak. Dibawah komando sang Ketua Umum Dimas Indra, perlahan rombongan BSB perlahan menyusuri aliran sungai yang bening, licin, dan terjal ini. Sesaat kemudian kita sampai di sebuah lokasi yang dinamakan kedung lentong. ada sesuatu yang mengejutkan kami ketika ada minyak yang ikut mengalir bersama aliran sungai di kedung lentong itu, tampaknya di sebuah tempat semacam baskom sungai itu keluar minyaknya, hal ini juga dibuktikan saat menyalakan korek api langsung menyala. Ada dugaan kuat itu merupakan sumber minyak yang berasal dari bawah aliran kedung lentong. Selang beberapa saat, rombongan HIMABO UM yang dikomandoi Dimas atau yang akrab disapa Mas Teng bergabung bersama BSB, cuaca panas tak menghalangi kami untuk menikmati keindahan sungai alami yang terbentuk dari retakan bumi ini.
Hampir satu jam setengah kita berada di lokasi tersebut tak terasa harus bergegas menuju lokasi kedua dari agenda ekspedisi mengenal potensi Kabupaten Bojonegoro ini. Sepuluh menit dengan naik sepeda motor kami tiba di lokasi kedua, lokasi itu dinamakan penduduk sekitar sebagai sungai fosil. Terletak sekitar 500 meter dari lokasi pertama, dengan rute jalan yang hampir sama membuat stamina kita mulai terkuras, namun hal itu tak menenggelamkan semangat kami untuk menaklukkan medan perjalanan ini,. Sampai di sungai fosil, tantangan kami tidak berakhir di situ saja, lokasi yang berada membuat kami harus menuruni semacam lipatan yang berkedalaman 1,5 meter yang membatasi sungai dengan sawah yang kami lalui, lagi - lagi disini kerjasama tim diuji untuk kedua kalinya, menuruni lipatan jurang dengan berkedalamann 1,5 meter memang terasa tampak mudah, namun medan yang licin membuat kami harus ekstra berhati - hati, jika tidak arus sungai yang cukup deras sudah menanti kami dibawah. Belum lagi kami juga melewati dua batu yang terpisah dengan di tengah mengalir deras air sungai cukup deras. Lelah, panasnya cuaca serta tenggorokan yang kehausan dibalas oleh alam, baru beberapa meter kami berjalan di sungai kami menemukan beberapa fosil binatang laut, seperti teripang, kerang laut, bahkan ditemukan juga sebuah gigi hiu. Semakin kita melangkah lebih jauh kita semakin banyak menemukan temuan - temuan fosil hewan laut lainnya seperti ubur - ubur, tulang ikan, kerang. Lagi - lagi waktu lah yang membatasi tim ekspedisi kami untuk menikmati keindahan alam Desa Drenges. Oleh - oleh beberapa fosil kami dapatkan begitu banyak, sampai - sampai salah satu teman kami, Wahyu mengatakan “Nanti saya akan buat pameran fosil ini di Malang, kebetulan ini pas dengan jurusan saya ilmu kelautan, siapa tahu bisa dijadikan objek penelitian ke depannya” tutur mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan angkatan 2011 Universits Brawijaya ini.
Usai dari sungai fosil itu, kita sebentar mampir ke salah satu rumah yang masih keluarga dari Ketua Umum HIMABO UM, disana kita melepas lelah sebentar selagi menjalankan kewajiban ibadah dan menghilangkan haus. Di rumah sederhana itulah sebuah ide - ide muncul dari teman  teman rombongan jelajah potensi alam Bojonegoro, sambil diiringi oleh motivasi dari Pak Dhe Uban. Sebelum pamitan, kita ditunjukkan oleh penduduk sekitar sebuah fosil gigi hiu yang panjangnya hampir sama dengan sebuah handphone. Kontan hal ini menarik tim kami untuk mengabadikan momen tersebut ke dalam kameranya masing - masing. Gerimis hujan mengiringi langkah kami berpetualang di Desa Drenges, desa paling luar di tenggara Bojonegoro. Jalan yang licin karena gemericik air hujan membuat kami mau tak mau berjalan lambat. Setengah jam lebih kami menyusuri jalanan licin akhirnya, kami tiba di jalan poros kecamatan Sugihwaras - Kedungadem. Perjalanan yang melelahkan dengan medan yang berat membuat perut kita seakan sudah mengajak demo, akhirnya kami memutuskan untuk melepas rasa lapar dengan menyantap semangkok mie ayam, ada juga yang bakso di pasar Sugihwaras.
Usai menyantap makanan, tim kami memutuskan untuk menuju lokasi ketiga ke Desa Jono. Namun tidak semua rombongan kami bisa ikut ke Desa Jono, selain karena hari sudah mulai senja, juga teman - teman kami rumahnya jauh. Namun bukan berarti dengan sisa 6 orang ditambah Pak Dhe Uban nyali kami menciut, perlahan kami tinggalkan pasar Sugihwaras. Jalanan yang mulus diselingi pemandangan pedesaan membuat rasa lelah kami seakan hilang. Lima belas menit perjalanan dari pasar Sugihwaras, kami tiba di Desa Jono segera kami menuju sanggar seni Desa Jono. Desa Jono merupakan salah satu desa wisata Budaya dan seni di Kabupaten Bojonegoro.
Perjalanan hari itu berakhir di Desa Jono, di Kecamatan Temayang, Bojonegoro, karena hari mulai senja kami memutuskan cukup mengunjungi sanggar seninya saja. Dari ekspedisi ini diharapakan bagaimana teman - teman BSB dan HIMABO mampu berpikir dan memberikan suatu kontribus yang nyata untuk mengembangkan potensi - potensi tersebut supaya menjadikan suatu berkah dan manfaat bagi masyarakat sekitar lokasi khususnya dan Bojonegoro pada umumnya. Disamping itu peran pemuda dan kaum intelektual Bojonegoro lainnya juga amat penting dalam menjaga, mengembangkan, dan melestarikan potensi Bojonegoro lainnya yang masih tersembunyi macam Desa Drenges tadi..

1 komentar:

  1. Maaf di desa drenges juga ada sebuah makam kuno yg konon dipercaya sebagai pelindung desa jaman penjajahan belanda,setiap penjajah yg mau masuk ke arah drenges tiba tiba cuaca menjadi petang seperti hutan blantara yg angker,dan beberapa tahun silam akhirnya makam itu di tlesik(ditrulsuri) ternyata makam tersebut adalah makam murid satri sunan giri yg lari dari peperangan "suryo kembar" makam itu dijuluki makam mbah kramat/syekh rohmad.
    Di drenges juga ada makam yg dipercaya sebagai sesepuh agama islam yg berlaskarkan "Pangeran diponegoro" makam tsb dluk dijuluki makam mbah tuan sekarang setelah di tlesik ternyata nama bliau adalah *mbah ridwan"
    Didesa drenges kraja juga ada sungai yg konon jika pejabat melewati sungai tersebut jika berniatan jelek/jahat pasti langsung lepas jabatannya....sungai/jembatan tsb dijuluki "jembatan kali Dongpet" tepatnya dekat dgn usaha budidaya "jamur tiram puti" @DTC (drengez tiram center) yg didirikan oleh bliau yg biasa dikenal dgn nama "Mas han/prasetyo) .....didesa drenges pun biasanya dibuat "trail advanture & mobil reli 4x4

    BalasHapus