Pages

Subscribe:

Selasa, 31 Januari 2012

Syarat sekolah dan siswa pendaftar

Selain diundang, sekolah yang berhak mengikuti jalur undangan adalah SMA/SMK/MA/MAK Negeri maupun Swasta yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional-Sekolah Menengah (BAN-SM) atau lainnya dan/atau terdaftar pada basis data SNMPTN 2011.

Sedangkan siswa yang dapat mendaftar pada jalur undangan adalah mereka yang akan mengikuti ujian nasioal (UN) pada tahun ini.

Kamu juga harus memiliki prestasi akademik tinggi dan konsisten berdasarkan pemeringkatan oleh Kepala Sekolah. Pemeringkatan ini menempatkanmu dalam peringkat terbaik di sekolah yang sama pada semester tiga, empat, dan lima dengan ketentuan berdasarkan akreditasi sekolah untuk SMA dan MA; atau akreditasi jurusan/bidang keterampilan untuk SMK dan MAK. 

Lebih rinci, kamu bisa mendaftar jalur undangan jika sekolah atau bidang keterampilanmu terakreditasi A dan kamu menempati kelompok 50 persen terbaik serta konsisten di semester tiga, empat, dan lima.

Jika akreditasi sekolah atau bidang keterampilanmu adalah 'B', maka pastikan kamu masuk pada kelompok 30 persen terbaik dan konsisten di semester tiga hingga lima. Sekolah atau bidang keterampilan dengan akreditasi C bisa mendaftarkan siswa di kelompok 15 persen terbaik yang konsisten di semester tiga, empat, dan lima. 

Sedangkan sekolah yang diundang di luar kelompok tadi hanya bisa merekomendasikan lima persen siswa terbaiknya yang menunjukkan prestasi akademik konsisten selama semester tiga hingga lima.

Persyaratan Pendaftaran Program Bidikmisi


  1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan lulus pada tahun 2012;
  2. Lulusan tahun 2011 yang bukan penerima Bidikmisi dan tidak bertentangan dengan ketentuan penerimaan mahasiswa baru di masing- masing PTN;
  3. Usia paling tinggi pada saat mendaftar adalah 21 tahun;
  4. Kurang mampu secara ekonomi sebagai berikut:
    1. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali sebesar-besarnya Rp3.000.000,00 setiap bulan;
    2. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga sebesar-besarnya Rp600.000,00 setiap bulannya; dan
    3. Pendidikan orang tua/wali setinggi-tingginya S1 (Strata 1) atau Diploma 4.
  5. Untuk peserta seleksi SNMPTN Ujian Tulis dan Seleksi Mandiri harus memiliki potensi akademik memadai, yaitu masuk dalam 30% terbaik di sekolah (semester 4 dan 5 bagi yang akan lulus tahun 2012 atau semester 5 dan 6 bagi lulusan tahun 2011);
  6. Khusus SNMPTN jalur undangan hanya diperuntukkan bagi yang akan lulus tahun 2012 serta memiliki prestasi akademik tinggi dan konsisten berdasarkan pemeringkatan oleh Kepala Sekolah, yaitu masuk di dalam peringkat terbaik di sekolah yang sama pada semester 3, 4 dan 5 dengan ketentuan berdasarkan akreditasi (akreditasi sekolah untuk SMA dan MA atau akreditasi jurusan/bidang keterampilan untuk SMK dan MK), dengan rincian sebagai berikut:
    1. Akreditasi A: 50% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5;
    2. Akreditasi B: 30% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5;
    3. Akreditasi C: 15% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5;
    4. Lainnya: 5% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5.
  7. Pertimbangan khusus diberikan kepada pendaftar yang memenuhi persyaratan 1 s.d. 6, serta mempunyai prestasi ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler paling rendah peringkat ke-3 di tingkat kabupaten/kota atau prestasi non kompetitif lain yang tidak ada pemeringkatan (contoh ketua organisasi siswa sekolah/OSIS);
  8. Potensi akademik dan prestasi yang dimaksud pada butir 5 dan 6 dinyatakan dengan surat rekomendasi Kepala Sekolah/Madrasah atau Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan Lampiran 2;
  9. Pendaftar difasilitasi untuk memilih seleksi nasional dan/atau seleksi mandiri apabila mendaftar ke:
    1. Semua jenis seleksi nasional (SNMPTN Undangan dan/atau Ujian Tulis);
    2. Seleksi mandiri di 1 (satu) PTN dengan 2 (dua) program studi pilihan
10. Memiliki kesehatan yang memadai sehingga tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran di perguruan tinggi;
11. Tidak buta warna bagi program studi tertentu.

SEMINAR BAKTI PENDIDIKAN BOJONEGORO 2012

coming soon...
UB dan BSB mempersembhakan seminar pendidikan tema "Kiat Sukses Mnempuh SNMPTN 2012". MINGGU,19 FEBRUARI 2012 JAM 08.30 WIB Di PENDOPO BOJONEGORO. Pembicara Prof. Arif Prayitno selaku Guru Besar Univ. Brawijaya sekaligus Dirut JPC UB.
HTM
7000 (Sebelum tanggal 10 Februari)
8000 (Pendaftaran tanggal 10 - 18 Februari)
10.000 (Pendaftaran tanggal 19 Februari atau Hari H acara)
Ticket box Depan SMAN 1 Bojonegoro.

SEMINAR BAKTI PENDIDIKAN BOJONEGORO 2012

coming soon...
UB dan BSB mempersembhakan seminar pendidikan tema "Kiat Sukses Mnempuh SNMPTN 2012". MINGGU,19 FEBRUARI 2012 JAM 08.30 WIB Di PENDOPO BOJONEGORO. Pembicara Prof. Arif Prayitno selaku Guru Besar Univ. Brawijaya sekaligus Dirut JPC UB.
HTM
7000 (Sebelum tanggal 10 Februari)
8000 (Pendaftaran tanggal 10 - 18 Februari)
10.000 (Pendaftaran tanggal 19 Februari atau Hari H acara)
Ticket box Depan SMAN 1 Bojonegoro.

Senin, 23 Januari 2012

Jonoku Sayang, Jonoku Malang


Terletak sekitar 15 kilometer arah selatan pusat kota Bojonegoro, desa Jono merupakan sebuah lokasi yang strategis karena terletak tepat di Jalan Raya Bojonegoro - Nganjuk, tepatnya berada di Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. Ketika ditempuh menggunakan jalur darat dari kota Bojonegoro diperlukan waktu 20 menit menggunakan sepeda motor atau sekitar 40 menit menggunakan kendaraan roda empat.
Memasuki desa Jono rindangnya hutan yang tinggal sedikit di kira kanan jalan mengobati panasnya udara khas Bojonegoro, terlebih lagi daerah ini merupakan daerah kapur. Tampak sebuah tapal perbatasan sederhana dengan Desa Kunci, Kecamatan Dander berdiri tegak dengan warna oranye yang mencolok di kiri jalan jika dari Kota Bojonegoro. Terdapat pula gerai batik khas Bojonegoro yang berjarak 1 kilometer dari gapura sederhana tadi. Memang ketika melihat dari fisik luarnya desa Jono tak berbeda jauh dengan desa - desa pada umumnya, namun tunggu dulu ketika masuk ke kawasan desanya tampak ada perbedaan mencolok di dalamnya. Sebuah gapura sederhana ketika memasuki kawasan jalan poros desa di desa Jono, tak jauh dari sana sebuah balai desa yang umum didapati di desa - desa lain. Namun tunggu dulu, Anda tentu akan kaget ketika Anda berjalan sekitar 30 meter ke utara dari balai desa Jono, karena disana terdapat sebuah sanggar seni yang lengkap dengan satu set peralatan gamelan jawa. Belum lagi tak jauh dari sanggar seni tepatnya di rumah Kepala Desa Jono terdapat sentra industri rumah tangga batik Bojonegoro, batik khas Kabupaten Bojonegoro.
Lalu apa gerangannya itu? Desa Jono berusaha merintis untuk menjadi sebuah desa wisata seni dan budaya di Kabupaten Bojonegoro, Kepala Desa Jono sebagai perintis gagasan itu didukung warga sekitar desa. Konsep dari desa wisata ini sanggar seni itu digunakan untuk menampilkan karya - karya seni dan budaya baik yang khas Bojonegoro maupun dari daerah lain, didukung dengan konsep home stay atau tempat peristirahatan di rumah - rumah warga desa Jono. Tak hanya itu, Jono juga memiliki sebuah bukit yang warga sekitar menamakannya sebagai bukit Fosfat, di bukit itu terdapat beberapa macam fosil hewan laut, hal ini dibuktikan sendiri saat jelajah potensi Bojonegoro bersama ormada BSB UB yang menemukan beberapa fosil kerang laut. Belum ada penelitian yang pasti mengenai fosil itu berusi berapa tahun, namun dugaan kuat daerah Bojonegoro sekitar jutaan tahun lalu merupakan lautan, terbukti tanah Bojonegoro mengandung minyak, karena minyak sendiri terbentuknya berawal dari proses pelapukan hewan fosil laut yang sudah mati.
Pada awalnya ketika desa Jono memproklamirkan sebagai desa wisata didukung oleh pemerintah setempat, berbagai usaha dan janji diberikan untuk mendukung tercapainya konsep desa wisata yang benar - benar representative, mulai dari perbaikan sarana dan prasarana, hingga menyediakan anggaran dana rutin untuk membiayai kegiatan promosi wisata di daerah tersebut. Namun seiring berjalannya waktu hal itu menguap begitu saja, menurut penuturan Kepala Desa Jono, Bupati Bojonegoro saat ini pernah menjanjikan konsep kios - kios atau gera- gerai untuk memamerkan hasil produk batik jonegoroan, dan produk seni lainnya, selain itu pembangunan infrastruktur jalan juga akan segera dibenahi secepatnya. Namun apa yang terjadi ketika penulis sendiri mengunjungi desa Jono sekitar tahun 2010 lalu atau sekitar dua tahun ketika Jono disematkan sebagai desa wisata, jalan desa masih tampak tidak baik, licin ketika musim hujan, dan berbatu. Baru memasuki tahun 2012 pengerjaan infrastruktur jalan tampak sudah berjalan meskipun tidak semuanya. Belum ketika menengok ke bukit Fosfatnya, disana potensi wisata geologi tampak, penemuan beberapa fosil dari tim ekspedisi BSB merupakan suatu buktinya. Seni tayup dan seni lainnya khas Bojonegoro tak bisa dilepaskan dari desa ini, sebagai desa wisata Bojonegoro Jono memiliki potensi sebagai cerminan warga Bojonegoro maupun luar Bojonegoro untuk mengenal dan mengetahui kesenian asli Bojonegoro yang sudah mulai hilang. Setiap momen tertentu pemerintah desa Jono mengadakan event - event bertajukkan kesenian lokal Bojonegoro. Namun belum ada tindak lanjut yang baik dari pemerintah Bojonegoro, utamanya dalam mempublikasikan tempat ini, jadi jangan heran ketika mereka lebih memilih jalan sendiri dalam mengepakkan sayap bisnis wisatanya.
Bicara Bojonegoro, maka kini Bojonegoro juga mempunyai batik khas bernama batik Jonegoroan. Desa Jono merupakan salah satu dari tiga tempat selain di Purwosari, Padangan dan Sumberrejo sebagai sentra batik Jonegoroan di Bojonegoro. Namun yang terjadi di lapangan justru bertolak belakang dari sebuah konsep di atas kertas yang rapi. Memang pada awal - awalnya pelatihan - pelatihan tersebut masih diberikan di Desa Jono bekerjasama dengan pihak Pemkab Bojonegoro, namun lama kelamaan pemerintah mulai lepas tangan. Bahkan hanya dengan berkedok untuk memusatkan tempat yang dapat dijangkau warga dengan cepat, maka ibu penggerak PKK Kabupaten Bojonegoro memutuskan untuk memberikan pelatihan dan pusat pembuatan batik juga di tengah kota, tepatnya di Jln. Teuku Umar di Depot 99. Alhasil karena unggul dari lokasi yang strategis, harga yang jauh lebih murah dibandingkan di Jono, serta tempat yang pembuatan yang representative membuat omzet penjualan di Desa Jono juga berkurang.
Sebagai desa wisata diperlukan dukungan dari berbagai pihak utamanya SDM -nya untuk jadi garda terdepan dalam mengembangkan dan mempromosikan desa wisata ini, dan pengusaan teknologi inilah yang menjadi kunci dari segalanya untuk itu. Namun masih sangat disayangkan, kualitas pemuda desa Jono masih minim terutama dalam penguasaan teknologi seperti komputer, padahal di era globalisasi saat ini dimana akses informasi serba cepat, penguasaan internet dan komputer merupakan syarat utama untuk itu. Perlu adanya keseriusan untuk membenahi dan mendukung dari segala aspek mewujudkan desa Jono sebagai desa wisata yang sebenarnya, supaya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar sana pula.
Jadi ketika peluit gendering desa wisata ditabuh sedikit demi sedikit bertahap masyarakat Jono tidak hanya menjadi penonton saja namun juga menjadi pemain di dalamnya, lalu dimana peran kita sebagai generasi muda Bojonegoro. Apa yang kita bisa lakukan entah itu mempromosikannya lewat dunia maya, atau bahkan memberikan pelatihan informasi teknologi untuk mereka dari segi yang paling sederhana sudah memberikan efek positif bagi desa Jono. Pada akhirnya sangat disayangkan ketika suatu potensi sudah tampak mari kita bersama menjaga dan mengembangkannya ke tingkat yang lebih baik lagi untuk menciptakan kemashalatan bersama.

Ekspedisi Bukit Fosfat



Minggu, 22 Januari 2012. Di sela - sela kesibukan teman - teman BSB mempersiapkan sosialisasi kampus ke SMA sederajat di Kabupaten Bojonegoro, sejenak teman - teman mengadakan suatu acara yang bertajuk jelajah potensi Bojonegoro. Selain sebagai wadah untuk menghilangkan kepenatan setelah UAS serta menghilangkan rasa stres mengurusi sosialisasi kampus. Bertempat di selatan alun - alun Bojonegoro rombongan berkumpul pukul 10.00, kurang lebih satu tajam kami menunggu teman - teman rombongan lain. Kali ini BSB tidak sendiri karena ada teman - teman dari HIMABO UM dan IKAMARO (Ikatan Mahasiswa Bojonegoro) UIN Malang. Usai menunggu hampir satu jam rombongan pun memutuskan berangkat ke tempat tujuan yaitu Desa Jono, namun sebelum berangkat ke sana kami terlebih dahulu menjemput Pak Dhe Uban yang menjadi pemandu wisata kami. Di sinilah ada kesalahan komunikasi, rombongan kami terpecah menjadi tiga, ada yang ikut ke rumah Pak Dhe Uban, ada yang langsung ke Jono, sementara 5 anggota BSB lainnya masih menjemput temannya di Dander. Tapi semua itu lancer karena adany suatu komunikasi yang lancer, meskipun kami terpisah kami tetap bertemu langsung di Desa Jononya, tepatnya di Pasar Desa setempat yang terletak di pinggir jalan Raya Bojonegoro - Nganjuk.
Dua puluh menit perjalanan dari rumah Pak Dhe Uban di kawasan Pacul Permai kami tiba di Sanggar Seni Desa Jono, disana Ketua Umum BSB Dimas Indra dan Ketua Umum HIMABO UM Dimas atau yang akrab disapa Mas Teng sudah berada di tempat bersama satu anak BSB dan Pak Dhe Uban. Keramahan khas masyarakat pedesaan menyambut kami tim ekspedisi jelajah potensi Bojonegoro ini di Desa Jono, Kecamatan Temayang. Meski tidak begitu mewah sambutan yang mereka berikan sungguh membuat kami merasa senang dan nyaman. Tak lupa kami mengabadikan momentum ini dalam sebuah foto bersama tiga ormada dari malang ini. Usai berfoto penjelajahan kami yang sebenarnya Bukit Fosfat yang terletak tepat di belakang Sanggar Seni Desa Jono. Perjalanan yang lumayan menguras tenaga, setelah menguji adrenalin melewati jembatan titian dengan hanya beralaskan sebuah besi di atas, serta bambu sebaga pegangannya. Perjalanan kami tak terasa semakin berat, batu - batu terjal nan medan yang menanjak serta udara panas bercampur jadi satu di badan kami. Sembilan belas pemuda mahasiswa yang luar biasa tak menyerah sedikit pun mencapai puncak bukit fosfat di Desa Jono, didampingi Pak Dhe Uban, Pak Hari selaku ahli fosil yang juga menemani kami jelajah potensi Bojonegoro edisi pertama di Drenges, Sugihwaras lalu, serta tiga orang dari pihak sanggar seni Desa Jono terus berjuang menaklukkan medan.
Perlahan namun pasti kami mulai mencapai puncak, tanaman jagung menjadi pemandangan kiri kanan rombongan tim ekspedisi, bahkan tak jarang kita memasuki area perkebunan jagung yang tinggi sehingga membut suasana semakin menyejukkan hati, terlebih angin bertiup sepoi - sepoi meski dalam keadaan panas. Tapi udara yang panas tidak membuat semangat teman - teman gentar. Ekspedisi kali ini tak kalah menantangnya dengan jelajah di desa Drenges lalu, kerja sama tim amat diperlukan di sini hal ini dikarenakan medan yang menanjak membuat setiap orang naik ke yang lebih tinggi harus dibantu uluran tangan orang yang di atasnya. Namun inilah petualangan mencapai suatu tujuan, tanpa adanya kerjasama semuanya akan mustahil dilalui dengan lancar.
Hampir setengah jam kami melewati jalan setapak dengan dasar bebatuan dan tanah yang agak licin karena diguyur hujan sehari sebelumnya. Tiba di Bukit Fosfat kami didampingi Pak Hari langsung beraksi mencari beberapa fosil hewan laut yang terdapat di daerah ini. Tak berapa lama Pak Hari mendapatkan sebuah fosil kerang yang lengket di bebatuan, ini membuat fosil itu harus dibawa dengan batunya. Hampir satu jam tim ekspedisi kami berada di bukit fosfat tersebut, beberapa fosil kerang - kerang laut kami temukan. Pemandangan kawasan Temayang dan sekitarnya tampak begitu terlihat jelas bebas dari atap bukit Fosfat itu. Namun yang ironis sejauh mata memandang hutan Bojonegoro yang dulu lebat kini sudah tinggal kenangan, termasuk di area tim ekspedisi berdiri dulunya merupakan kawasan hutan lebat yang beralih fungsi menjadi perkebunan jagung dan kacang tanah. Desa Jono yang dulu lebat dengan pemandangan hutannya kini tampak terasa gersang.
Tak terasa waktulah yang memisahkan kita, jam menunjukkan pukul 14.30 ketika rombongan memutuskan untuk kembali turun, perjalanan turun tampaknya tak semudah yang kami bayangkan. Medan yang masih licin membuat kami harus ekstra hati - hati ketika menuruni bukit Fosfat ini, salah sedikit nyawa yang akan jadi taruhannya. Namun perjalanan turun kali ini lebih cepat dari perjalanan kami naik karena kami mengambil jalan pintas sehingga tidak memutar lagi, dimana ketika kami naik ke puncak bukit Fosfat. Sekitar dua puluh menit berjalan kaki kami akhirnya kembali sampai di perkampungan warga, lagi - lagi kami harus melintasi jembatan titian dengan sebuah besi berdiameter sekitar 30 cm yang menjadi satu - satunya penghubung sungai menuju bukit Fosfat dan perkebunan warga sekitar sana. Kembali ke sanggar seni desa Jono, suasana sudah tampak ramai karena malam itu juga disana akan diadakan pertunjukkan seni komunitas seni suket, dan sore itu saat mereka untuk mempersiapkan terakhir kalinya jelang pentas sehabis isya nantinya. Kedatangan tim ekspedisi dari bukit Fosfat tampak menarik warga sekitar Jono, mereka tampak memperhatikan kami dua puluh pemuda dengan berjalan tanpa alas kaki tersebut.
Pada hari itu perjalanan kami berakhir ketika matahari berlahan mulai tenggelam di ufuk barat desa Jono tepat di balik bukit Fosfat yang kami mendaki tadi. Tampak garis awan merah dari belakang sanggar seni desa Jono menandakan malam akan tiba. Sore itu kami beserta rombongan memutuskan untuk berpamitan dengan pihak sanggar seni dan Kepala Desa setempat yang juga sedang berada di sanggar seni desa Jono. Catatan ekspedisi kami hari ini, kita haruslah sadar dan peka dengan potensi yang kita miliki, termasuk potensi akan wisata seni dan budaya, terlebih nilai fosil - fosil itu yang tinggi jangan sampai penduduk sekitar dan Bojonegoro kurang paham akan hal itu dan menjadi penonton di rumah sendiri. Semua itu kembali pada diri kita masing - masing bagaimana dan apa yang akan kita lakukan? Memilih untuk tidak tahu, tidak peka, tidak menghiraukan keadaan selamanya, atau memilih untuk tahu, peka, dan berkeinginan merubah keadaaan yang belum memuaskan meski dengan perjuangan dan tantangan yang tidak akan mudah.

Minggu, 22 Januari 2012

Drenges, Surga dari Bojonegoro yang Terlupakan

Selasa, 3 Januari 2012. Mengisi liburan Pekan Sunyi dan liburan semester mahasiswa Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang yang berasal dari Bojonegoro yang tergabung dalam BSB (Brawijaya Student from Bojonegoro) UB dan HIMABO (Himpunan Mahaiswa Bojonegoro) UM mengadakan suatu acara bertajuk liburan sekaligus belajar memahami potensi Kabupaten Bojonegoro. Dimulai dengan berkumpul di utara gedung Maharani (selatan alun - alun Bojonegoro) dua ormada yang sama - sama menempuh pendidikan di Malang ini memulai perjalanan petualangan, didampingi oleh Pak Dhe Uban yang juga merupakan Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bojonegoro.
Perjalanan arak -arakan menuju tempat lokasi pertama ekspedisi terbilang berliku terlebih ketika menuju tempat lokasi pertama tepatnya di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras begitu lumayan berliku, jalanan bebatuan bercampur tanah gamping membuat laju kendaraan sedikit terhambat. Dimulai ekspedisi dari alun - alun Bojonegoro, rombongan tiba di Desa Drenges sekitar pukul 11.00 wib. Teriknya sinar mentari tak membuat nyali dan semangat 22 mahasiswa yang terdiri 11 orang BSB dan 11 orang HIMABO ini tertelan panasnya mentari. Sejenak ketika sampai di Desa Drenges, rombongan beristirahat di sebuah musholla kecil yang terletak di tengah sawah sambil menunggu pemandu wisata yang akan mendampingi dan menjelaskan mengenai objek lokasi yang akan kita kunjungi. Hampir setengah jam kita menunggu akhirnya kita memtuskan untuk menjemput Pak Dhe Uban yang sedang bersama sang pemandu di sebuah warung kopi tak jauh dari musholla tadi. Sebentar kita lepaskan lelah dengan meminum secangkir kopi dan memakan jajanan yang ada di sana tim ekspedisi langsung meluncur ke tempat tujuan. Namun ada beberapa tantangan sebelum melangkah ke tempat tujuan, salah satu sepeda motor dari rombongan HIMABO mengalami insiden ban bocor, hal ini yang membuat sebagian rombongan HIMABO UM memutuskan untuk menunggu bersama, sedangkan kita dari BSB bersama sang pemandu wisata dan Pak Dhe Uban dipersilakan untuk berangkat dahulu. Sepeluh menit dari tempat warung kopi tersebut kami sampai di Sungai Alami di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras, perjalanan yang amat melelahkan hal ini dikarenakan jalanan yang masih berupa bebatuan bercampur tanah liat sehingga sangat licin terlebih malam sebelumnya daerah tersebut diguyur hujan. Memang benar - benar perjuangan kita sangat berat, bahkan Pak Dhe yang dibonceng oleh sang pemandu wisata itu harus terjatuh dari sepeda motor ketika sampai pada lokasi, beruntung beliau berdua tidak mengalami cedera yang parah.
Berjalan 20 meter dari tempat kami memarkir sepeda motor sudah tampak gemericik air sungai yang begitu asri, begitu asri lingkungannya sampai kami dan tim ekspedisi harus berusaha berjalan dengan sangat hati - hati karena licinnya tanah dan terjalnya bebatuan yang ada di sana. Namun rasa lelah kita seakan terbayar lunas ketika melihat kejernihan air di Sungai, terlebih ketika melihat kiri kanan sungai yang masih sangat alami. Sebuah objek yang bisa disebut sebagai surge tersembunyi dari Kabupaten Bojonegoro. Di sinilah kekompakan, kerjasama antar anggota, dan solidariatas begitu diuji, dikarenakan medannya yang berat maka kami harus saling berpegangan sesama anggota tim untuk melewati setiap rintangan yang ada. Dibalik itu kami merasakan sebuah hikmah kekompakan tim yang selama ini kita jalani sudah semakin kompak. Dibawah komando sang Ketua Umum Dimas Indra, perlahan rombongan BSB perlahan menyusuri aliran sungai yang bening, licin, dan terjal ini. Sesaat kemudian kita sampai di sebuah lokasi yang dinamakan kedung lentong. ada sesuatu yang mengejutkan kami ketika ada minyak yang ikut mengalir bersama aliran sungai di kedung lentong itu, tampaknya di sebuah tempat semacam baskom sungai itu keluar minyaknya, hal ini juga dibuktikan saat menyalakan korek api langsung menyala. Ada dugaan kuat itu merupakan sumber minyak yang berasal dari bawah aliran kedung lentong. Selang beberapa saat, rombongan HIMABO UM yang dikomandoi Dimas atau yang akrab disapa Mas Teng bergabung bersama BSB, cuaca panas tak menghalangi kami untuk menikmati keindahan sungai alami yang terbentuk dari retakan bumi ini.
Hampir satu jam setengah kita berada di lokasi tersebut tak terasa harus bergegas menuju lokasi kedua dari agenda ekspedisi mengenal potensi Kabupaten Bojonegoro ini. Sepuluh menit dengan naik sepeda motor kami tiba di lokasi kedua, lokasi itu dinamakan penduduk sekitar sebagai sungai fosil. Terletak sekitar 500 meter dari lokasi pertama, dengan rute jalan yang hampir sama membuat stamina kita mulai terkuras, namun hal itu tak menenggelamkan semangat kami untuk menaklukkan medan perjalanan ini,. Sampai di sungai fosil, tantangan kami tidak berakhir di situ saja, lokasi yang berada membuat kami harus menuruni semacam lipatan yang berkedalaman 1,5 meter yang membatasi sungai dengan sawah yang kami lalui, lagi - lagi disini kerjasama tim diuji untuk kedua kalinya, menuruni lipatan jurang dengan berkedalamann 1,5 meter memang terasa tampak mudah, namun medan yang licin membuat kami harus ekstra berhati - hati, jika tidak arus sungai yang cukup deras sudah menanti kami dibawah. Belum lagi kami juga melewati dua batu yang terpisah dengan di tengah mengalir deras air sungai cukup deras. Lelah, panasnya cuaca serta tenggorokan yang kehausan dibalas oleh alam, baru beberapa meter kami berjalan di sungai kami menemukan beberapa fosil binatang laut, seperti teripang, kerang laut, bahkan ditemukan juga sebuah gigi hiu. Semakin kita melangkah lebih jauh kita semakin banyak menemukan temuan - temuan fosil hewan laut lainnya seperti ubur - ubur, tulang ikan, kerang. Lagi - lagi waktu lah yang membatasi tim ekspedisi kami untuk menikmati keindahan alam Desa Drenges. Oleh - oleh beberapa fosil kami dapatkan begitu banyak, sampai - sampai salah satu teman kami, Wahyu mengatakan “Nanti saya akan buat pameran fosil ini di Malang, kebetulan ini pas dengan jurusan saya ilmu kelautan, siapa tahu bisa dijadikan objek penelitian ke depannya” tutur mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan angkatan 2011 Universits Brawijaya ini.
Usai dari sungai fosil itu, kita sebentar mampir ke salah satu rumah yang masih keluarga dari Ketua Umum HIMABO UM, disana kita melepas lelah sebentar selagi menjalankan kewajiban ibadah dan menghilangkan haus. Di rumah sederhana itulah sebuah ide - ide muncul dari teman  teman rombongan jelajah potensi alam Bojonegoro, sambil diiringi oleh motivasi dari Pak Dhe Uban. Sebelum pamitan, kita ditunjukkan oleh penduduk sekitar sebuah fosil gigi hiu yang panjangnya hampir sama dengan sebuah handphone. Kontan hal ini menarik tim kami untuk mengabadikan momen tersebut ke dalam kameranya masing - masing. Gerimis hujan mengiringi langkah kami berpetualang di Desa Drenges, desa paling luar di tenggara Bojonegoro. Jalan yang licin karena gemericik air hujan membuat kami mau tak mau berjalan lambat. Setengah jam lebih kami menyusuri jalanan licin akhirnya, kami tiba di jalan poros kecamatan Sugihwaras - Kedungadem. Perjalanan yang melelahkan dengan medan yang berat membuat perut kita seakan sudah mengajak demo, akhirnya kami memutuskan untuk melepas rasa lapar dengan menyantap semangkok mie ayam, ada juga yang bakso di pasar Sugihwaras.
Usai menyantap makanan, tim kami memutuskan untuk menuju lokasi ketiga ke Desa Jono. Namun tidak semua rombongan kami bisa ikut ke Desa Jono, selain karena hari sudah mulai senja, juga teman - teman kami rumahnya jauh. Namun bukan berarti dengan sisa 6 orang ditambah Pak Dhe Uban nyali kami menciut, perlahan kami tinggalkan pasar Sugihwaras. Jalanan yang mulus diselingi pemandangan pedesaan membuat rasa lelah kami seakan hilang. Lima belas menit perjalanan dari pasar Sugihwaras, kami tiba di Desa Jono segera kami menuju sanggar seni Desa Jono. Desa Jono merupakan salah satu desa wisata Budaya dan seni di Kabupaten Bojonegoro.
Perjalanan hari itu berakhir di Desa Jono, di Kecamatan Temayang, Bojonegoro, karena hari mulai senja kami memutuskan cukup mengunjungi sanggar seninya saja. Dari ekspedisi ini diharapakan bagaimana teman - teman BSB dan HIMABO mampu berpikir dan memberikan suatu kontribus yang nyata untuk mengembangkan potensi - potensi tersebut supaya menjadikan suatu berkah dan manfaat bagi masyarakat sekitar lokasi khususnya dan Bojonegoro pada umumnya. Disamping itu peran pemuda dan kaum intelektual Bojonegoro lainnya juga amat penting dalam menjaga, mengembangkan, dan melestarikan potensi Bojonegoro lainnya yang masih tersembunyi macam Desa Drenges tadi..

Sabtu, 21 Januari 2012

TINGKAT KEKETATAN SNMPTN 2011 UNIVERSITAS BRAWIJAYA


NO
NAMA PRODI
PEMINAT
TERIMA
KEKETATAN (%)
1
KEBIDANAN
1211
25
2.06
2
FARMASI
1385
36
2.60
3
PENDIDIKAN DOKTER
2750
93
3.38
4
GIZI KESEHATAN / ILMU GIZI
1338
48
3.59
5
KEUANGAN DAN PERBANKAN
1103
40
3.63
6
PENDIDIKAN DOKTER GIGI
816
49
6.00
7
HUBUNGAN INTERNASIONAL
832
50
6.01
8
TEKNIK INFORMATIKA
2182
139
6.37
9
AKUNTANSI
1615
100
6.19
10
SISTEM INFORMASI
524
35
6.68
11
MANAJEMEN
1717
120
6.99
12
ILMU KOMUNIKASI
1200
89
7.42
13
ILMU KEPERAWATAN
802
60
7.48
14
PSIKOLOGI
940
80
8.51
15
EKONOMI ISLAM
340
30
8.82
16
TEKNIK KOMPUTER
518
51
9.85
17
ILMU HUKUM
1434
140
9.76
18
TEKNIK SIPIL
692
70
10.12
19
TEKNIK KIMIA
339
35
10.32
20
ARSITEKTUR
611
68
11.13
21
BISNIS PARIWISATA
361
40
11.08
22
ADMINISTRASI PERPAJAKAN
890
100
11.24
23
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
352
40
11.36
24
ILMU KOMPUTER
382
49
12.83
25
PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
589
72
12.22
26
TEKNIK MESIN
670
86
12.84
27
STATISTIKA
335
45
13.43
28
ILMU ADMINISTRASI BISNIS
1035
154
14.88
29
TEKNIK INDUSTRI
836
127
15.19
30
TEKNIK ELEKTRO
536
87
16.23
31
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
248
40
16.13
32
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
391
65
16.62
33
BISNIS INTERNASIONAL
239
40
16.74
34
PENDIDIKAN BHS & SASTRA INDONESIA
238
40
16.81
35
PENDIDIKAN BHS & SASTRA INGGRIS
462
80
17.32
36
BIOTEKNOLOGI PANGAN & AGROINDUSTRI
198
35
17.68
37
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
846
154
18.20
38
BIOLOGI
271
50
18.45
39
MATEMATIKA
241
46
19.09
40
EKONOMI PEMBANGUNAN
502
94
18.73
41
SOSIOLOGI
264
50
18.94
42
GEOFISIKA
131
25
19.08
43
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
413
80
19.37
44
NUTRISI PANGAN
180
35
19.44
45
ILMU POLITIK
245
50
20.41
46
ILMU PERPUSTAKAAN
189
40
21.16
47
ILMU PEMERINTAHAN
236
50
21.19
48
PENDIDIKAN BHS & SASTRA JEPANG
160
35
21.88
49
KIMIA
223
50
22.42
50
AGROEKOTEKNOLOGI
534
122
22.85
51
ILMU KEPERAWATAN (KELAS KHUSUS)
64
15
23.44
52
TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
219
52
23.74
53
SENI RUPA
90
22
24.44
54
PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
271
71
26.20
55
TEKNIK PENGAIRAN
306
80
26.14
56
SASTRA INGGRIS
479
130
27.14
57
AGRIBISNIS
704
199
28.27
58
KETEKNIKAN PERTANIAN
202
70
34.65
59
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
257
90
35.02
60
ILMU KELAUTAN
199
70
35.18
61
ANTROPOLOGI BUDAYA
58
22
37.93
62
BAHASA DAN SASTRA PERANCIS
65
25
38.46
63
FISIKA
105
42
40.00
64
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
136
55
40.44
65
AGROBISNIS PERIKANAN
184
76
41.30
66
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
154
64
41.56
67
BISNIS PANGAN
136
60
44.12
68
BAHASA DAN SASTRA CINA
47
22
46.81
69
PETERNAKAN
471
227
48.20
70
BUDIDAYA PERAIRAN
130
64
49.23
71
TEKNIK BIOPROSES
89
50
56.18
72
SASTRA JEPANG
161
98
60.87
73
AGROINDUSTRI HASIL HUTAN
53
37
69.81
74
INSTRUMENTASI
17
15
88.24