Pages

Subscribe:

Jumat, 23 Desember 2011

Diskusi Bulanan BSB

Diharapkan kehadiran teman - teman dalam diskusi bulan Desember yang diselenggarakan rutin oleh Div. Litbang BSB. Senin 26 Desember 2011 Jam 18.30 di Gama Resto. Tema diskusi mengenai korupsi yang memiskinkan.

TTD
Div. Litbang BSB

Korupsi yang Memiskinkan

     Sudah hampir lebih dari setengah abad yang lalu Indonesia memperingati hari Kemerdekaannya, namun selama hampir lebih setengah abad itu pula berbagai permasalahan masih menerjang bangsa yang katanya gemah ripah loh jinawe ini. Permasalahan yang tampak nyata di sekitar kita saat ini yaitu angka kemiskinan yang masih cukup tinggi. Sebelum melangkah lebih jauh membahas kemiskinan itu sendiri, kita perlu mengetahui definis dari kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan menurut WHO badan kesehatan dunia keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin". Dalam kitab Suci Umat Islam Al Qur’an miskin sendiri dibagi dua sebab, pertama karena memang Allah menakdirkan seseorang itu dalam artian ia  sudah sejak lahir miskin, serta yang kedua miskin karena sebab lain entah itu disengaja atau tidak oleh manusia itu sendiri. Nah tentu yang berbahaya ketika kemiskinan itu tercipta karena akibat dari manusia itu sendiri, baik itu malas bekerja mencari nafkah maupun termiskinkan oleh sistem. Hal yang berbahaya ketika kemiskinan itu muncul karena sistem dan kecurangan - kecurangan yang ada.
Ketika melihat realita yang ada di sekitar kita memang kemiskinan menjadi sesuatu yang tampak dengan berbagai macam sebabnya, namun yang patut dicermati di Indonesia yaitu kemiskinan yang terjadi akibat sistem dan kecurangan - kecurangan segelintir orang saja untuk memenuhi kepentingan individunya. Kemiskinan di negara ini, erat kaitannya dengan tingkat korupsi yang terjadi. Dikutip dari buku Korupsi yang memiskinkan berdasarkan data dari Faisal Basri Indonesia termasuk negara dengan tingkat tinggi menempati peringkat 111 dari 180 negaradi dunia ini bersama Ghana, Afrika Selatan, India, Mali, dan Afganistan. Sedangkan dalam hal korupsi masih berdasarkan data dari Faisal Basri dalam dikutip dari buku Korupsi yang Memiskinkan, Indonesia menempati peringkat 108 dari 169 negara di dunia dilihat dari tingkat korupsi.
Memang ketika berbicara mengenai korupsi dan kemiskinan tidak terdapat hubungan secara langsung. Secara langsung korupsi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dikarenakan investasi terlambat, alokasi sumber daya terdistorsi, pelarian modal, kapasitas fiscal turun, serta kualitas infrastruktur rendah. Berikutnya faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi inilah yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Berdasarkan penelitian dari ICW dari Januari hingga Juni 2010 ditemukan 176 kasus korupsi di pusat dan daerah, dengan 411 orang ditetapkan sebagai tersangka. Potensi kerugian negara mencapai Rp 2.102.910.349.050 (dua triliyun seratus dua miliar Sembilan ratus sepuluh juta tiga ratus empat puluh Sembilan ribu lima puluh rupiah).
Sulitnya memerangi angka korupsi inilah yang menyebabkan tingkat kemiskinan masih tinggi. Berdasarkan laporan Lembaga Transparansi Internasional pada tahun 2010 IPK (Indeks Persepsi Korupsi) Indonesia berada pada skor 2,8 sama persis dengan tahun 2009, sebuah angka merah yang sangat buruk. Maka jangan heran dengan kondisi IPK seperti itu kemiskinan masih menghiasi Indonesia ini. Berdasarkan data dari BPS hingga Maret 2010 terdapat 31,02 juta orang atau sekitar 13,33% dengan garis kemiskinan Rp 211.726 / bulan.
Lalu bagaimana dengan keadaan kemiskinan di daerah kita Bojonegoro? Berdasarkan data yang ada di PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) diketahui angka kemiskinan semakin tinggi, update 30 September 2009 tercatat sekitar  120.000 rumah tangga yang tergolong miskin. Jadi hampir sekitar 30 % dari jumlah penduduk Bojonegoro ada pada garis kemiskinan. Dalam penanganannya Pemkab selama ini menganggarkan total anggaran, hanya sekitar 5 % dari APBD yang ditujukan guna menangani masalah kemiskinan. Presentase tersebut tidak mencakup anggaran pendidikan dan kesehatan.
Gembar gembor potensi Migas yang dipunyai Bojonegoro juga tak berpengaruh pada masyarakat, justru sebaliknya warga banyak yang kehilangan matapencaharian mereka sebagai petani karena harus merelakan tanahnya di jual ke pihak pengelola migas. Munculnya peraturan tahun (perda) no. 23 tahun 2011 tentang Percepatan pertumbuhan ekonomi daerah dalam pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi serta pengolahan minyak bumi dan gas (migas) di Kabupaten Bojonegoro juga belum diprediksi menjadi senjata yang ampuh dalam meningkatkan taraf kualitas ekonomi dikarenakan pemerintah daerah tampak belum punya kekuatan menghadapi himpitan investor asing.
Pada akhirnya peran negara sebagaimana dikatakan Immanuel Kant dimana negara berperan sebagai penjaga malam bagi warga negaranya tidak berfungsi, karena sekarang rakyat harus secara langsung berhadapan dengan pihak pemilik modal yang mengancam merongrong mereka dari segi ekonomi. Hal ini lebih parah ketika sistem birokrasi yang seharusnya berfungsi menyejahterakan masyarakat berkhianat dengan tidak menjalankan tugasnya. Nah ketika demikian maka fungsi negara untuk menyejahterakan masyarakat seperti kata Plato tidak akan berjalan.
Lalu dimana peran kita sebagai mahasiswa? Mahasiswa sebagaimana fungsinya sebagai agent of change, agent of control and agent of innovation. Sebagai agen, kekuatan intelektualitas mahasiswa diarahkan untuk bagaimana menyikapi dan mencari solusi terhadap persoalan-persoalan dan isu-isu yang itu mengarah pada kepentingan sosial secara obyektif, peka, kritis dan independen. Mahasiswa harus selalu menempatkan dirinya pada posisi oposisi konstruktif terhadap pemerintah di mana artinya jika kebijakan-kebijakan pemerintah berpihak kepada masyarakat maka mahasiswa akan mendukung, namun jika sebaliknya yang terjadi maka mahasiswa pun akan bersikap sebaliknya. Oleh sebab itu mahasiswa dituntut untuk selalu peka terhadap realitas perubahan sosial dalam masyarakat.
Peringatan Hari Anti Korupsi 9 Desember lalu diharapkan tidak hanya sekedar retorika belaka dalam pemberantasan korupsi, namun ada tindak lanjut yang lebih nyata. Peran kita sebagai pemuda utamnya mahasiswa tidak hanya berteriak berdemo, namun tentu bagaimana kita menanamkan kejujuran dimulai dari sekarang, supaya kebiasaan KKN yang membudaya itu tidak terwarisi oleh kita. Sehingga ketika angka korupsi dapat ditekan setidaknya memberikan sedikit “nafas buatan” bagi masyarakat miskin untuk bangkit dari kemiskinan.

Daftar Pustaka

Hartiningsih, Maria, 2011. Korupsi yang Memiskinkan. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara
Majalah Blok Bojonegoro edisi Desember 2011
Maksum, Ali, 2010. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Ar Ruzz Media




Minggu, 27 November 2011

Yang Perlu di perhatikan di Training Oraganization BSB 2011

TO di adakan tanggal 2-4 Desember di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Mblimbing.
Adapun pemberangkatan peserta TO dibagi dalam beberapa waktu tergantung kesempatan peserta TO.
1. Pemberangkatan gelombang 1 jumat pukul 13.00 di Lingkup Fakultas Ekonomi Bisnis
2. Pemberangkatan gelombang 2 jumat pukul 18.00 di Lingkup Fakultas Ekonomi Bisnis
3. Pemberangkatan gelombang 3 Sabtu pukul 07.30 di Lingkup Fakultas Ekonomi Bisnis
4. Pemberangkatan gelombang 4 Sabtu pukul 12.00 di Lingkup Fakultas Ekonomi Bisnis
5. Pemberangkatan gelombang 5 Sabtu pukul 15.30 di Lingkup Fakultas Ekonomi Bisnis
*Buat yang ada kegiatan kampus dan mau meninggalkan SKB segara komunikasi dengan panitia.

1. Semua peserta yang sudah terdaftar ikut, wajib konfirmasi lewat SMS dengan format
- Nama, Fakultas, Berangkat Gelombang ke 1/2/3/4/5 ketentuan, Bawa/Tidak Kendaraan
Contoh : Waluyo, FIB, Gelombang 2, Bawa Mobil.
Konfirmasi terakhir Rabu 30November 2011 pukul 23.00 di Andreas Avirista (085232997793)


*MOHON TEMAN - TEMAN YANG ADA MOTOR UNTUK DIBAWA

2. Panitia menerima komplain (apabila peserta memenuhi ketentuan) tentang apapun, kecuali tentang kelompok Outbond dan kelompok kamar.

3. Peserta dianjurkan tapi tidak wajib saling mengenal antar teman satu kelompok Outbond sebelum dan ketika hari H TO dimulai, dan saling berkoordinasi.

4. Panitia hanya menyediakan obat-obat an umum (minyak kayu putih, balsem, betadine, revanol)

5. Kegiatan TO, mempunyai 4 pemateri yang khusus di hadirkan buat keperluan kegiatan ini, mohon untuk di hargai.

6. Peserta dan Panitia dilarang merokok selama acara materi TO dilaksanakan (kecuali sudah diluar acara)

7.Panitia tidak bertanggung jawab atas peserta yang tidak memenuhi peraturan maupun ketentuan yang telah di tetapkan.

8. Panitia dan peserta mempunyai tanggung jawab bersama atas kegiatan.

9. Peserta yang mau ijin kegiatan kampus (Student Day, Krima, Dll) yang sekiranya kurang penting bagi kehidupan, bisa meminta surat dispensasi ke mas Arista Andfani Boromania

10. Peserta yang mau meninggalkan SKB harus melalui izin panitia yang bersangkutan.

11. Kegiatan ini berdasarkan AD/ART yang telah di tentukan.

12.  Segala ketentuan TO BSB 2011
--> Peraturan TO BSB 2011
--> Yang Perlu di bawa 

13. Jika kurang jelas dan ada komplain mohon segera menghubungi panitia.

Kelompok Kamar Cewek TO BSB 2011

KAMAR I

1. Amanda
2. Asna Ullya
3. Dessy Shinta
4. Alfi Saadati
5. Rika Wulandari
6. Silvia Dwi N.
7. Afifah Ali

KAMAR 2

1. Annisa Nyuwita
2. Dian (mipa)
3. Eka Nora Vitaloka
4. Dewi Nur A.
5. Choirunnisa I.M.
6. Endah Puji Lestari
7. Anggi Aprillia

KAMAR 3
1. Itsna R.N.
2. Firnanda
3. Cahaya Sari Farianda
4. Linda Epariyani
5. Atik Malikatin
6. Ari Achniati
7. Mita Meylinda

KAMAR 4
1. Hilda Miladdien Fajri
2. Dwi Surtani Arista
3. Fitria Ika Nur Imayanti
4. Pritta Ananda Mahardika
5. Maulidia Tifani Alfin N.
6. Jiana Budi Siswati
7. Rizky Anggrahini Dwi Putri


KAMAR 5
1. Cahya Erma
2. Nurul Dwi Hidayati
3. Riska Novia Cahyanti
4. Mila Ika Aprilia
5. Siti Umrotin
6. Hilda Y.S.
7. Fabianeth

KAMAR 6
1. Ischa Mabruris S.
2. Vayya Desy
3. Rima Iiswardayanti
4. Rika
5. Indah Tri W
6. Farida Umma M.
7. Debi Septyana E.D

KAMAR 7
1. Fara Dhilah Rasyiqah
2. Intan Ayu P.
3. Resti Dwi Y.
4. Maftuhatul lu’lu’i
5. Fenty S.
6. Ikrom Laily S.
7. Sinta Idawati

KAMAR 8
1. Siti Mas’amah
2. Dinta Eka
3. Efi Nikmatu Sholikhah
4. Ika Ayu P.
5. Hannes Dwi Novia
6. Ameliawati
7. Erlina Kusumawati


KAMAR 9
1. Jummani
2. Putri Zulaikah A.
3. Neni_FT
4. Siti Sri Astutik
5. Yeny Susi Rahayu
6. Tri Isnur Agus Ningtyas
7. Suci W

KAMAR 10
1. Dika Chiqmatul J.
2. Devi Sri Warjani
3. Ika Nunung
4. Siti Muamanah
5. Tutik Lipriati
6. Shinta Ardiana
7. Trisna Asih Nanda

KAMAR 11
1. Vallen Laurinda D.W.
2. Wida Yuliarini
3. Wahyu Cahyaningrum
4. Mayadiana
5. Siti Mahfudhoh
6. Impi Widuri
7. Aprilia Desi Pratiwi S.

KAMAR 12
1. Claudhia Safira K.
2. Novi
3. Diah Ayu
4. Weny_FPIK
5. Afifah Endri L.
6. Brigita Veny
7. Novia (PANITIA)

KAMAR 13
1. Rizki Fatia Rosyida
2. Fericha F.
3. Tuty Puji Lestari
4. Umi Ma’sumah
5. Siti Nur Aeni
6. Linda Darmayanti
7. Dwi (PANITIA)

KAMAR 14
1. Dyah Ayu Permata Kusuma
2. Findo Mey Cahyani
3. Fitri
4. Adel
5. Oni Alvionita 
6. Ica (PANITIA)
7. Nurotun (PANITIA)

Link Download  Kelompok Kamar Cewek

*Buat Peserta maupun panitia cowok gak pake kelompok tidur ya, kita tidur berjamaah :p

Barang bawaan wajib Tiap Peserta:

Perlengkapan Umum Wajib Tiap Peserta
1.Botol Aqua 1500 ml
2.Koran bekas
3.Untuk Cewek 1 kamar Wajib membawa 1 Karpet (kloso)
4.Untuk Cowok semua wajib membawa Karpet (kloso)
5.Slayer/Topi/Pelindung Kepala
6. Lilin
7. Aqua Gelas


Perlengkapan pribadi tiap peserta
1. Baju ganti (Kaos berwarna gelap wajib 1 + Training)
2. Peralatan Sholat (bagi yang muslim)
3. Obat-obatan pribadi (bagi yang mempunyai sakit khusus)
4. Selimut (bagi yang sensitif dingin)
5. Peralatan mandi (bagi yang perlu mandi)
6. Apa saja yang membuat kalian bisa nyaman.

Ketentuan Kelompok Outbond TO BSB 2011

KELOMPOK I
1. Jaya Pranata
2. M.Arief Saputra
3. Faris R
4. Christian Wahyu Dwi S.
5. Amanda
6. Asna Ullya
7. Dessy Shinta
8. Alfi Saadati (PJ)
9. Rika Wulandari
10. Silvia Dwi N.
11. Afifah Ali
12. Annisa Nyuwitka
13. Dian_mipa
14. Eka Nora Vitaloka
15. Cahaya Sari Farianda
16. Dewi Nur A.
17. Yudi
18. Abdul Cholik

KELOMPOK 2
1. Bagus
2. Haditya
3. Muhammad Yayan
4. Dimas Adetia R.
5. Choirunnisa I.M.
6. Endah Puji Lestari
7. Itsna R.N.
8. Firnanda
9. Ressy Nanda
10. Linda Epariyani
11. Atik Malikatin
12. Ari Achniati
13. Mita Meylinda
14. Sepnandi Wiyantara
15. Hilda Miladdien Fajri
16. Dwi Surtani Arista
17. Anggi Aprillia

KELOMPOK 3
1. Achmad Latip Hidayat
2. Enggal Syambudi
3. Dimas Bayu
4. Heru Cristanto
5. Pratama Dimas
6. Fitria Ika Nur Imayanti
7. Pritta Ananda Mahardika
8. Maulidia Tifani Alfin N.
9. Jiana Budi Siswati
10. Cahya Asih Erm
11. Nurul Dwi Hidayati
12. Riska Novia Cahyanti
13. Mila Ika Aprilia
14. Siti Umrotin
15. Hilda Y.S.
16. Fabianeth
17. Brigita Veny

KELOMPOK 4
1. Muh. HusniRifa’i
2. M. AdityaMulya
3. A. Afif Surya Angga S.
4. Pujiono
5. Ischa Mabruris S.
6. Vayya Desy
7. Rima Iiswardayanti
8. Rika
9. Indah Tri W
10. Farida Umma M.
11. Debi Septyana E.D
12. Fara Dhilah Rasyiqah
13. Intan Ayu P.
14. Resti Dwi Y.
15. Maftuhatul lu’lu’i
16. Fenty S.
17. Adelia Pradita
18. Achmad Dimas (FH)

KELOMPOK 5
1. Alfian Budhi Prasetyo
2. Bahrudin
3. Ahmad Khoiril
4. Winarso
5. Ikrom Laily S.
6. SintaIdawati
7. Siti Mas’amah
8. Dinta Eka
9. Efi Nikmatu Sholikhah
10. Ika Ayu P.
11. Hannes Dwi Novia
12. Febriandyka Dwi S.
13. Erlina Kusumawati
14. Jummani
15. Putri Zulaikah A.
16. Neni_FT
17. Mayadiana

KELOMPOK 6
1. Imam Mahmud
2. Andik
3. Arif_ fisip
4. Ahsan Fikri Al-Hakim
5. Arif Bagus
6. Yeny Susi Rahayu
7. Tri Isnur Agus Ningtyas
8. Suci W
9. Dika Chiqmatul J.
10. Devi Sri Warjani
11. Ika Nunung
12. Siti Muamanah
13. Tutik Lipriati
14. Shinta Ardiana
15. Trisna Asih Nanda
16. Siti Sri Astutik
17. Ameliawati

KELOMPOK 7
1. Andhyka
2. Fajar Dwi S.
3. David Rico
4. Bayu Chandra Fambella
5. Rumekso Uji
6. Wida Yuliarini
7. Wahyu Cahyaningrum
8. Widya
9. Siti Mahfudhoh
10. Impi Widuri
11. Aprilia Desi Pratiwi S.
12. Claudhia Safira K.
13. Novi
14. Diah Ayu
15. Weny (FPIK)
16. Vallen Laurinda D.W.
17. Oni Alvionita

KELOMPOK 8
1. Asef Awaludin
2. Muhammad Aries
3. David M
4. Fajar Kurniawan
5. Cony M.W.
6. Mufidz Akbar Rizqian
7. Fericha F.
8. Rizki Fatia Rosyida
9. Dyah Ayu Wandadari
10. Tuty Puji Lestari
11. Umi Ma’sumah
12. Siti Nur Aeni
13. Afifah Endri L.
14. Findo Mey Cahyani
15. Dyah Ayu Permata Kusuma
16. Fitri
17. Linda Darmayanti
18. Achmad Praja Sasmita

Link Download Kelompok TO BSB
Total :
Cewek = 96 orang
Cowok= 34 orang
TOTAL 130 Peserta

*Bagi peserta yang sudah registrasi dan namanya belum tercantum bisa melapor ke Grup FB BSB atau Twitter @BSBbrawijaya atau ke pengurus BSB yang anda kenal terdekat.

Jumat, 25 November 2011

Peraturan Yang Wajib Di Patuhi Peserta Training Organization BSB 2011

1.      Peserta wajib datang tepat waktu sesuai waktu pemberangkatan yang telah di sepakati.
2.      Peserta di larang membawa barang yang berlebihan (contoh : Perhiasan, 2 Henpon, Uang berlebihan dan hal yang kurang di perlukan)
3.      Peserta wajib menjaga dirinya dan barang bawaan nya masing-masing (kehilangan bukan tanggung jawab panitia)
4.      Peserta wajib menjaga sopan-santun di kawasan Arena Camp (SKB)
5.      Peserta yang akan meninggalkan Arena Camp karena alasan tertentu WAJIB ijin panitia.
6.      Peserta di larang merokok saat acara berlangsung.
7.      Peserta laki-laki di larang berkunjung ke Camp perempuan (dan sebaliknya) kecuali acara bersama dan perintah panitia.
8.      Di larang merusak fasilitas SKB berupa apapun.
9.      Di larang membawa narkoba, miras, senjata tajam dan barang-barang yang melanggar hukum.
10.  Di larang beraktivitas yang membuat gaduh pada waktu jam istirahat.
11.  Di larang bertindak asusila.
12.  Hal-hal yang belum tercantum akan di tentukan kemudian.
13.  Baik peserta dan panitia yang melanggar akan mendapat sanksi yang berlaku.







                                                                                    Ttd



PANITIA TO BSB 2011


Link Download Peraturan TO BSB

Jumat, 18 November 2011

Link Download Keperluan BSB

Teman-teman dan pengunjung blog BSB yang ingin memiliki AD/ART, Keprerluan YBA, dan Formulir pendaftaran BSB bisa di download di link berikut ini. Enjoy it...
Formulir Pendaftaran
Ketentuan YBA
AD/ART BSB

Buat yang ada pertanyaan bisa di komen di sini ataupun di Twitter kita @BSBbrawijaya
Maju terus buat Bojonegoro dan kesuksesan kita.

Selasa, 25 Oktober 2011

TRAINING ORGANISASI BSB

Coming Soon
Training Organisasi BSB, yang akan diadakan tanggal 2 - 4 Desember 2011 di SKB Blimbing.
TO merupakan syarat wajib bagi teman - teman 2011 yang mau mengikuti Brifing 2012 nantinya.

Pembayaran TO utk angkatan 2011 Rp 35.000,-
Pembayaran TO utk selain angkatan 2011 Rp 30.000,-

Pembayaran di Sdr Yudha Satria Aditama, atau melalui PJ per fakultas masing - masing hingga tanggal 25November 2011.

SATUKAN TEKAD MENUJU BOJONEGORO MATOH BERSAMA BSB.....!!!!

Kamis, 08 September 2011

Menuju Desa Wisata di Bojonegoro

Berbicara mengenai Bojonegoro mungkin tak bisa dilepaskan dari kayangan api, waduk pacal, atau sumber daya migasnya yang memiliki potensi cukup besar. Hal inilah yang membuat pemikiran masyarakat Bojonegoro itu sempit, Masyarakat Bojonegoro berasumsi bahwa Bojonegoro hanya memiliki potensi - potensi yang cukup sedikit, berbeda mungkin ketika pandangan mereka mengenai kabupaten tetangga seperti Lamongan atau Tuban yang telah lebih dahulu dikenal dengan beberapa potensi terutama wisatanya.
Anggapan masyarakat luas yang menyatakan Bojonegoro hanya daerah kota, ngasem, atau mungkin dander tidaklah sepenuhnya benar. Pada hari selasa 6 September 2011 BSB bersama perwakilan 2 ormada lain yaitu Himabo Universitas Negeri Malang dan COBS Universitas Trunojoyo mendapat undangan dari salah satu desa yang di selatan Bojonegoro, Sebuah desa yang memiliki potensi wisata budaya dan seni yang begitu besar, desa itu bernama Desa Jono. Desa Jono merupakan sebuah desa yang merupakan bagian dari kecamatan Temayang, desa ini merupakan  desa terluas dari kecamatan Temayang. Terletak strategis di antara jalan raya Bojonegoro Nganjuk sebenarnya amat potensial jika diolah menjadi sebuah desa wisata. Terlebih lagi penuturan dari Kepala Desa tersebut saat diskusi di balai desa bersama teman - teman BSB, COBS, dan Himabo program desa wisata sendiri sudah mulai digalakkan oleh Bupati Bojonegoro Kang Yoto bersama pemkab, aparatur desa, dan warga Desa Jono sendiri.
Lantas sebenarnya apa yang membuat desa ini begitu potensial dijadikan sebagai desa wisata? Faktor pertama tentu karena lokasinya yang begitu strategis, meskipun dari kota Bojonegoro berjarak ± 22 km, namun akses yang sudah lumayan baik membuat desa ini begitu mudah terjangkau. Namun kendalanya hanya terjadi pada kondisi akses jalan yang terdapat di desa tersebut yang masih perlu pembenahan dikarenakan masih terdapat beberapa akses jalan yang kurang layak.
Faktor kedua, karena desa ini terdapat sentra kerajinan batik jonegoroan salah satu batik khas Bojonegoro. Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menetapkan desa Jono sebagai salah satu desa produsen batik khas Bojonegoro. Meski disana belum banyak terdapat tempat - tempat perajinan batik, namun bukan tidak mungkin jika sedikit ada sentuhan dan insentif bantuan dari pemkab dan warga Bojonegoro, desa Jono akan menjadi layaknya kampung batik Kauman di Solo. Beberapa elemen masyarakat di Bojonegoro sebenarnya sudah mulai mempedulikan nasib Desa Jono sebagai satu dari 3 tempat sentra batik Jonegoroan.
Bojonegoro Facebook Community (BFC) merupakan salah satu komunitas di Bojonegoro yang sudah mulai melihat potensi batik itu. Salah satu hasil produk batik dari batik Jonegoroan berhasil dijual hingga negara Korea Selatan melalui perantara sebuah gambar dan artikel mengenai batik jonegoroan di grup jejaring sosial facebook. Beberapa motif batik jonegoroan seperti motif jagung, kayangan api, , tembakau, minyak (gotro), sapi, wayang tengul, jati, padi, serta kayangan api diproduksi batik di sentra desa Jono. Di desa Jono ini juga terdapat sanggar batik untuk memamerkan batik - batik kreasi penduduk desa Jono. Namun saat ini potensi batik yang dulu sempat berkembang tampaknya agak fluktuatif naik turun karena adanya persaingan dengan salah satu tempat pembuatan batik di kota Bojonegoro seperti keluhan yang disampaikan oleh Kepala Desa Jono.
Wisata budaya dan seni lainnya juga dapat dirasakan di desa ini, dimana menurut penuturan pihak desa setempat bahwa Jono akan memiliki sanggar kesenian semacam khusus untuk mempersiapkan dalam rangka sebagai rangkaian menuju desa wisata di Kabupaten Bojonegoro. Beberapa perangkat gamelan jawa lengkap sudah tersedia di balai desa. Hal ini sebagai upaya menggali potensi seni dan budaya jawa, selain itu masih ada beberapa seni yang bisa dijumpai di Jono yaitu kesenian tayub, karawitan, dan sinden tradisional jawa. Diharapkan dari sini wisatawan yang berkunjung mampu mengenal kesenian dan kebudayaan jawa umumnya dan Bojonegoro pada khususnya.
Sebagai bentuk kebanggaan terhadap Bojonegoro sudah sepantasnya kita yang mengaku warga Bojonegoro, tinggal di Bojonegoro, atau ber- KTP Bojonegoro bersama - sama menjaga dan mendukung upaya desa Jono menjadi desa wisata dari kabupaten Bojonegoro. Meski desa Jono itu bukan merupakan desa tempat tinggal kita, bukan merupakan desa kelahiran kita, atau bukan merupakan asal keluarga kita, tapi selama itu bagian dari Bojonegoro dan membawa nama Bojonegoro di tingkat luar daerah sepatutnya kita bersama mendukung. Terlebih lagi bagi kita yang sudah berganti status menjadi seorang mahasiswa dimana seorang mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan dan stabilitator di kehidupan bermasyarakat , sudah sepantasnya kita mengambil peran lebih dibandingkan status sosial di golongan masyarakat lainnya.
Avirista Midaada (Divisi Litbang BSB)

Senin, 22 Agustus 2011

Teks Saling Sapa Ormada 21 Agustus 2011


“ Kamiputra daerah Bojonegoro dan selaku perwakilan dari 16 Ormada yaitu: SMPB UI, MAESTRO STAN, PAD IPB, BIG ITB, MABES UNDIP, IMAGO Jogja, STIMIK Duta Bangsa Bojonegoro, FKMB UNESA, ABC UNAIR, FORBITS ITS, SASB IAIN Surabaya, FKMB IAIN Surabaya, COBS UTM, BSB UB, HIMABO UM, IKAMARO UIN Malang, IKMBJ UNEJ yang tersebar di Jawa dan Madura, dengan ini telah menyusun sebuah teks yang bertemakan:
Tema: Peran Mahasiswa Putera Daerah dalam Mengiringi Pembangunan Pendidikan di Bojonegoro
Mahasiswa adalah kalangan yang memilikiposisi strategis yang secara ekspresif dinyatakan sebagai simbol perubahan sehingga kita dapat mengambil peluang sekaligus tantangan dalam berbagai konteks pembangunan sosial masyarakat. Kata-kata Mahasiswa bukah hanya embel-embel pergantian status dari SMA. Mereka yang merasa mahasiswa seyogyanya sadar akan tanggung jawabnya, bukan sekedar berteori atau bermimikri tapi harus mampu bersinergi dengan ilmu yang ada untuk sebuah aplikasi. Dalam pergerakannya mahasiswa memiliki karakter idealis.Mahasiwa biasanya menjadi orang yang paling resah dengan ketidakberesan, mahasiswa sebagai kaum intelektual muda yang memiliki idealisme dan pemikiran yang masih terbebas dari berbagai kepentingan, mempunya peran yang sangat sesuai sebagai kontrol sosial dan stabilitator dalam berbagai bidang kehidupan. Termasuk salah satunya yang dititikberatkan disini adalah pendidikan. Kenapa harus pendidikan? Adalah karena awal dari segala perubahan itu adalah pendidikan.
Mengingat peran dan kapasitasnya tersebut, kami sebagai mahasiswa memposisikan diri untuk berkontribusi pada daerah dengan terjun kemasyarakat. Disini peran mahasiswa sangat strategis karena bisa sebagai penghubung yang menjangkau antara pemerintah selaku pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan masyarakat itu sendiri sebagai penerima kebijakan.Sehingga jika dilihat mahasiswa memiliki potensi yang sangat besar jika dimaksimalkan dengan baik, tetapi juga akan sangat sulit jika mahasiswa berjalan sendiri - sendiri. Untuk itu diperlukan suatu wadah yang dapat menampung dan menuangkan kreatifitas serta aspirasi mahasiswa untuk bergerak melayani daerah melalui Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormada).
Ormada dewasa ini adalah salah satu organisasi yang masih konsisten menggelorakan semangat membangun daerah asal, memotret celah-celah yang memungkinkan untuk dapat berpartisipasi, memberikan kontribusi kepada masyarakat. Mencoba merancang aksi yang konkret sebagai wujud dedikasi ormada sebagai mahasiswa putra daerah. Selain itu, dalam konteks ini, Ormada pun berperan sebagai "keluarga" yang bersama membangun solidaritas dan saling memotivasi, terlebih lagi apabila kita merantau ke daerah yang cukup jauh dari kampung halaman. Disini ormada bisa menjadi penyambung silaturahmi, dan komunikasi antar sesama mahasiswa dari daerah, saling mengenal dan mengakrabkan, serta sebagai penjagaan agar kita jangan sampai kehilangan jati diri sebagai putra daerah. Rasa kekeluargaan dan keterikatan inilah yang selanjutnya menimbulkan suatu modal sosial antar mahasiswa asli Bojonegoro sehingga nantinya diharapkan membangun persepsi mereka untuk kembali membangun daerah asal.
Peran lainnya yang tidak kalah penting adalah peranan ormada dalam pengabdiannya kepada masyarakat. Untuk itu langkah yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh Ormada adalah dalam level 3D (Discourse, Discussion, and Do Something).Langkah pertama adalah Discourse (diskursus). Kita dapat berpartisipasi dengan kritis terhadap yang terjadi di masyarakat, mewacanakan isu-isu penting yang dikonstruksikan secara sosial. Anggota Ormada perlu untuk memahami atau setidaknya tahu tentang segala isu yang berhubungan dengan perkembangan di Bojonegoro.  Langkah kedua adalah Discuss (diskusi). Inilah yang menjadi kekuatan intelektual mahasiswa. Dari isu-isu yang telah dirancang dan diwacanakan tersebut, maka selanjutnya kita diskusikan. Sarana diskusi ini selain membudayakan berpikir kritis untuk mahasiswa, juga sangat penting untuk menjaring aspirasi dari berbagai sudut pandang. Langkah ketiga adalah Do Something (Lakukan Sesuatu). Langkah ini merupakan ujung tombak dari aktivitas intelektual yang telah kita lakukan yaitu aksi konkret dengan bekerjasama dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Jika ditilik lebih jauh, potensial SDA di Bojonegoro sangat tinggi,untuk itu Bojonegoro membutuhkan banyak SDM yang memadai dan kompeten untuk mengimbangi SDA tersebut. Disinilah ormada bisa mengambil peranan, melalui pengkaderan untuk anggotanya agar memiliki semangat membangun daerah, menjadi penerus pembagunan yang berkapabilitas di Bojonegoro. Menghilangkan Mind set “Malin Kundang”. Kacang lupa pada kulitnya.
Akan tetapi ormada sebagai organisasi kepemudaan juga harus mengingat dua hal yang menjadi anasir penting peran pemuda. Yang pertama adalah peran masa kini seperti yang sudah dilkukan oleh ormada saat ini. Kemudian peran yang kedua adalah peran masa depan diharapkan ormada menjadi wadah untuk mencetak intelektual-intelektual muda yang bisa membangun derahnya. Peran masa depan inilah yang masih menjadi PR untuk para Ormada.Disinilah fungsi mahasiswa harus terjalankan, sudah waktunya bagi mahasiswa yang terwadahi dalam ormada ini untuk memaksimalkan peran sebagai aktor intelektual yang dapat memberikan jawaban-jawaban dan solusi yang konkrit, membumi, aplikatif dan bermutu. Berangkat dari hal itulah kami mencoba memberikan kontribusi untuk Bojonegoro melalui berbagai kegiatan. Peran yang bisa dimainkan Ormada tidak hanya yang bersifat konseptual melainkan juga bisa berifat praktikal dengan terjun langsung ke masyarakat. Dalam bidang yang berkaitan dengan pendidikan sesuai dengan ranah kita sebagai mahasiswa, ormada-ormada melaksanakan kegiatan tahunan seperti Tryout, Briefing, Seminar, Debate Contest, menyumbangkan buku-buku bacaan dll. Dalam melakukan Briefing kita bukan hanya mengenalkan kampus, akan tetapi lebih kepada motivasi dan menginspirasi agar siswa-siswi SMA melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Menanamkan kepada mereka bahwa pendidikan itu penting.Briefing yang dilakukan oleh ormada ini sangat signifikan dalam menyebarkan akses informasi yang memudahkan para siswa dalam meraih mimpi. Sedangkan untuk Tryout ini, tujuan kita adalah agar para siswa-siswi SMA merasa lebih percaya diri untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi karena sudah mendapatkan simulasinya di Tryout yang diadakan oleh Ormada. Melalui tryout ini mereka juga diberikan strategi untuk mengerjakan soal-soal. Kegiatan lainnya adalah seminar-seminar yang dilakukan di sekolah-sekolah untuk memotivasi pelajar SMA agar lebih percaya diri memantapkan hati untuk masa depannya.
Selain itu mengingat hakekatnya sebagai mahasiswa yang tidak lepas dari kehidupan bermasyarakat, ormada juga banyak melakukan  kegiatan yang bersifat sosial, seperti Bakti Sosial, Penggalangan bantuan untuk korban bencanana, pengobatan gratis dll.  Bakti sosial disini ditujukan untuk melatih mahasiswa terjun langsung di masyarakat, melatih rasa kepedulian sosial terhadap sesama. Sedangkan dalam kegiatan penggalangan bantuan untuk korban bencana ini dilakukan dengan turun ke jalan, melatih mahasiswaagar memiliki rasa tenggang rasa dan kemanusiaan. Kegiatan lainnya yaitu pengobatan gratis, diharapkan dari kegiatan ini mahasiswa lebih membuka mata tentang kondisi masyarakat yang sesungguhnya.
Jadi bisa dilihat melalui kegiatan-kegiatan di atas, ormada memiliki peranan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Ormada selaku penghubung disini telah bayak berinteraksi dengan masyarakat selaku penerima kebijakan, sehingga hubungan diantara keduanya sudah bisa dikatakan cukup baik.Untuk itu melalui kegiatan ini kami selaku Ormada, juga inginmembangun interaksi yang baik dengan Pemerintah yang dalam hal ini adalah pemberi pelayanan untuk masyarakat itu sendiri.
Ketika berbicara mengenai peran ormada tidak akan pernah maksimal jika tidak ada support atau dukungan khususnya dari pemerintah sebagai pihak yang menjalankan fungsi eksekutif di tingkat daerah. Tidak kami pungkiri,perhatian Pemkab kepada Ormada sekarang sudah cukup baik. Pemkab sudah banyak membantu kita dalam suport dana untuk kegiatan. Tapi harapannya setelah kegiatan ini perhatian itu tidak hanya mencakup dana tapi juga dukungan dalam bentuk yang lain. Antara Ormada dengan pemkab bisa terjalin sinergisitas dan hubungan yang harmonis, serta adanya dukungan penuh dari pemkab dalam acara yang kita laksanakan. Dukungan disini seperti kemudahan pengurusan birokrasi, kesediaan menghadiri undangan dalam acara-acara yang dilaksanakan oleh Ormada, dan mengapresiasi apa yang sudah kita lakukan. Selain itu, untuk mempermudah dalam pelaksanaan dari kegiatan ormada itu sendiri, kami berharap agar melalui kegiatan ini ormada bisa mendapatkan legalitas dan pengakuan resmi dari pihak pemkab agar lebih mudah dalam pelaksanaan berbagai kegiatan.
Disinilah perlunya adanya komunikasi yang baik antara ormada dengan pihak pemkab sehingga juga tercipta hubungan yang harmonis selaku mahasiswa sebagai social of control, dan diharap keduanya akan bisa saling berjalan beriringan sesuai dengan fungsi masing - masing dengan tujuan akhir memajukan Bojonegoro bersama - sama dari berbagai bidang.

Mengulas Peran Ormada di Tengah Desentralisasi

Unsur dan persyaratan suatu negara salah satunya yaitu wilayah dan warga negara. Nah Indonesia sendiri bisa dikatakan potensial jika ditinjau dari luas wilayah dan jumlah penduduk. Wilayah Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, lebih dari 17 ribu pulau terdapat di negara Indonesia. Dilihat dari segi penduduk Indonesia juga merupakan negara ke - 4 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yang mencapai 237.641.326 jiwa (berdasarkan hasil olah final survei BPS Mei 2010). Dari jumlah penduduk tersebut mahasiswa menjadi bagian di antaranya.
Sebagai upaya untuk meratakan pembangunan di daerah - daerah pemerintah pusat mengambil keputusan untuk melakukan desentralisasi melalui otonomi daerah. Diharapkan dengan adanya desentralisasi potensi daerah itu akan lebih tergali lebih dalam tentunya. Namun dalam faktanya di lapangan hal itu masih sangat sulit terwujud, dikarenakan beberapa faktor yang belum mendukung. Salah satunya yakni kualitas SDM yang minim. Disinilah sebenarnya mahasiswa diharapkan menjadi pembeda dan oase di tengah keringnya gurun. Berbicara mengenai pemuda dan mahasiswa dalam sejarah perjuangan Indonesia tak bisa dilepaskan dengan yang namanya suatu organisasi pemuda dan kemahasiswaan daerah, dahulu kita tentu mengenal Tri Koro Dharmo, kumpulan mahasiswa STOVIA di Jakarta, Jong Sumatra Bond dsb. Kala pergerakan nasional itu pemuda dan mahasiswa menjadi bagian penting dari perjuangan bangsa Indonesia dalam mencerdaskan penduduk pribumi sebelum merdeka. (Slamet Muljana, 2008 : 283 - 294).
Dalam pergerakan mahasiswa mempunyai peranan penting yang telah mewarnai belantika negeri ini, sebagai agent of change atau agen perubahan. Dimana mahasiswa dalam fungsi ini dituntut sebagai penggerak untuk merubah suatu keadaan yang tidak maksimal menjadi sebuah keadaan yang maksimal dengan memanfaatkan potensi yang tersedia di sekitar lingkungan. Kedua, sebagai kontrol sosial, dimana mahasiswa dengan ilmu dan idealismenya dituntut untuk menjadi stabilitator dalam kehidupan sosial di berbagai bidang.
Sebagai implementasi dari peran mahasiswa ini alangkah baik dan realistisnya dimulai dari daerahnya masing - masing sebelum membicarakan problematika pada lingkup yang luas yaitu di tingkat negara. Apalagi ketika era desentralisasi dimana otonomi daerah menjadi modal utama dalam memajukan daerahnya masing - masing. Disinilah peran dari mahasiswa diharapkan sebagai agen perubahan dan kontrol sosial, maka untuk melakukan itu diperlukan suatu wadah yang dapat menampung dan menuangkan kreatifitas mahasiswa daerah untuk bergerak “menyervis” daerahnya melalui organisasi mahasiswa daerah (ormada). Kami disini mengungkapkan betapa pentingnya peranan dari ormada. Fungsi pertama ormada sebagai organisasi penyambung silaturrahmi dan komunikasi antar sesama mahasiswa daerah, terlebih ketika kita merantau di daerah orang lain. Maka, peranan ormada itu sangatlah penting, selain sebagai wadah komunikasi dan silaturrahmi ormada bisa menjadi keluarga kedua kita, guru kita, sahabat kita, atau teman bisnis kita yang dapat digunakan sebagai sharing, curhat, diskusi perkuliahan, diskusi tentang perkembangan daerah, advokasi, maupun saling bantu membantu ketika ada satu orang yang mengalami kesusahan. Wujud kegiatan dalam bentuk kekeluargaan ini misalnya training organization (TO) dan diklat kepengurusan.
BSB (Brawijaya Student From Bojonegoro) sebagai sebuah organisasi mahasiswa daerah (ormada) hadir untuk menyatukan rekan – rekan mahasiswa Universitas Brawijaya yang mempunyai riwayat hidup di Bojonegoro dengan mengedepankan prinsip kekeluargaan, dimana makna dari keluarga sendiri yaitu kita merasa senasib sepenanggungan ketika susah maupun senang. Prinsip kekeluargaan sendiri ini diimplementasikan di Malang sendiri sebagai daerah tempat kami menuntut ilmu, maupun ketika kami berada di daerah sendiri Bojonegoro. Karena pada intinya semangat kekeluargaan harus dipupuk dan ditumbuhkan di manapun tempatnya jika itu mengacu pada kebaikan dan kebersamaan.
Peran berikutnya dari ormada yaitu merupakan suatu wadah bagi mahasiswa yang berasal dari daerah untuk memberikan kontribusi kepada daerahnya dalam hal ini Bojonegoro, terutamanya dalam hal pendidikan. Peran ini lebih banyak pengaplikasian dari apa yang kita dapatkan dalam kehidupan di kampus ke dalam kehidupan di Bojonegoro melalui agenda - agenda yang kaitannya dengan pendidikan seperti motivasi melanjutkan pendidikan lebih tinggi ketika melakukan brifing, seminar, dan try out. Di luar bidang pendidikan kami juga pernah mengadakan bakti sosial. Tak hanya itu sebagai wadah mahasiswa daerah ormada sendiri juga memiliki peran sebagai wadah untuk menuangkan kreatifitas, pikiran, pendapat, dan karya untuk memajukan Bojonegoro.
Mengacu pada fungsi mahasiswa sudah seharusnya mahasiswa berpikir, bersikap, bertutur, dan bertindak mengacu pada fungsi mahasiswa itu. Apalagi seorang mahasiswa juga sudah menjadi seorang yang dewasa dan seharusnya mampu untuk bertanggungjawab. Terlebih ketika berbicara mengenai daerah asal mahasiswa, mahasiswa seharusnya lebih peka karena melalui lingkup terkecil bernama daerah itulah kita bisa mengaplikasikan apa yang telah didapatkan dari kehidupan kampus. Berbicara mengenai sikap mahasiswa terhadap daerahnya janganlah layaknya kacang yang lupa akan kulitnya, dengan berlagak “masa bodoh” dengan daerah asal. Namun seharusnya kita bangga akan potensi yang ada di Bojonegoro baik dari bahasanya, seninya, budayanya, pariwisatanya dan lain sebagainya wujud kebanggaan itu dapat kita tunjukkan minimal dengan tetap menggunakan bahasa asal kita bahasa Jonegoroan.
Ketika berbicara mengenai peran ormada tidak akan pernah hidup maksimal jika tidak ada support atau dukungan khususnya dari pemerintah sebagai pihak yang menjalankan fungsi eksekutif di tingkat daerah. Disinilah perlunya adanya komunikasi yang baik antara ormada dengan pihak pemkab supaya semangat ala mahasiswa ini bisa disuntikkan dengan positif yang nantinya juga akan membantu pihak pemerintah daerah sendiri dalam membangun daerahnya. Akhirnya diharapkan dari hubungan yang harmonis antara pemerintah daerah dan ormada bisa saling berjalan sesuai dengan fungsi masing - masing dengan tujuan akhir memajukan Bojonegoro bersama - sama dari berbagai bidang khususnya bidang pendidikan yang merupakan ranah dari mahasiswa dan ormada.

Jumat, 05 Agustus 2011

Ketua Umum: Yudha Satria Aditama
Sekretaris Umum : Avirista Midaada











Bendahara 2 : Maulidia Tifani Alvin



















Coordinator Humas : Syaiful Rachman













Vice Jar. Komunikasi : Christian Wahyu













Vice Informasi & Teknologi : Rumekso Uji


   







Staff Divisi Jejaring Sosial : Vallen Laurinda,













St. Mas’ammah 
Coordinator Penelitian & Pengembangan: Setyo Nugroho



















\Vice Sosial : Cahaya Sari
Vice Eksak : Jiana Budi

Coordinator Pemberdayaan Sumber Daya Manusia : Teguh Handoko













Vice Pemberdayaan Manusia : M. David Rico Ricardo
Staff Pem. Manusia : Wahyudi Saputro
Vice Pengabdian Masyarakat : Fitria Ika Nur Imayanti

Coordinator Pemuda Olahraga dan Seni : Elanda Alvianatan
























Vice Pemuda Olahraga : Andrian Putro
Vice Pemuda Seni : Linda Epariyani

Masihkah Kita Membutuhkan Negara?

Mengejewantahkan arti kata negara, maka akan timbul beberapa pengertian yang bermacam – macam. Menurut R. Kranenburg, negara merupakan suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Miriam Budiarjo mendefinisikan negara sebagai organisasi yang dalam satu wilayah dapat melaksanakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan - tujuan dari kehidupan bersama itu. Filsuf Yunani Aristoteles mendefinisikan negara sebagai perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.
Pada pelaksanaanya negara memiliki beberapa fungsi dan tujuan, fungsi negara Indonesia saat pertama kali berdiri telah tercantum di dalam pembukaan Undang – Undang 1945 pada alinea ke – 4. Jika dijelaskan dari pembukaan UUD 1945 tersebut maka dapat diperoleh beberapa fungsi negara. Pertama mensejahterakan serta memakmurkan, rakyat negara yang sukses dan maju adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Kedua, melaksanakan ketertiban, untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan damai diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh masyarakat. Ketiga, pertahanan dan keamanan negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Keempat, menegakkan keadilan negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat warganya meminta keadilan di segala bidang kehidupan.
Ajaran tentang tujuan negara juga banyak dipaparkan oleh para tokoh negarawan dan para filsuf. Menurut ajaran Plato negara bertujuan memajukan kesusilaan manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Menurut ajaran teokratis dengan Thomas Aquino negara bertujuan mencapai kehidupan yang aman dan ternteram dengan taat kepada Tuhan. Penyelenggaraan negara oleh pemimpin semata-mata berdasarkan kekuasaan Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Berikutnya menurut Immanuel Kant atau penganut ajaran polisi negara bertujuan mengatur kemanan dan ketertiban masyarakat. Terakhir tujuan negara menurut ajaran negara kesejahteraan yakni negara bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum. Negara adalah alat yang dibentuk rakyatnya untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kemakmuran dan keadilan sosial.
Ketika melihat pemaparan fungsi dan tujuan negara baik dari pembukaan UUD 1945 dan para tokoh tersebut, agaknya sangat sulit ditemukan keberadaan negara. Jangankan dilihat, didengar, diraba, atau bahkan dirasakan fungsi dan tujuannya saja tidak bisa. Mengapa demikian? Seperti yang tercantum pada pembukaan UUD 1945 alinea IV yang isinya Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
   Ini merupakan tujuan negara Indonesia, namun jika tujuan dalam pembukaan UUD 1945 itu tidak dapat dilaksanakan oleh negara apakah kita sebagai rakyat Indonesia masih membutuhkan yang namanya negara dalam kehidupan sehari – hari? Mari kita membuka dan membaca UUD 1945 Pasal 34 ayat 3 yang isinya fakir miskin dan anak yatim menjadi tanggung jawab negara. Bunyi pasal dalam UUD 1945 itu begitu jelas untuk diucapkan, lalu masih ada pasal 3 di UUD 1945 yang berbunyi Indonesia merupakan negara hukum. Lalu kita pantas merenung dan melihat keadaan sekitar lingkungan kita, masih banyak rakyat miskin bahkan menurut survei dari BPS per bulan Maret dari 2011 jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah. Pasal 3 UUD 1945 yang menyebutkan Indonesia merupakan negara hukum, lalu pada realitanya apakah demikian pula? Kasus korupsi yang semakin merajalela, keadilan yang semakin sulit didapatkan di negara yang mengaku menganut peradilan ini. Lalu siapakah yang harus disalahkan dari semua ini? Apakah kita harus menyalahkan undang – undang dasar hasil pemikiran dari para pendiri bangsa ini macam Ir Soekarno, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin dan lain sebagainya, atau kita harus menyalahkan negara yang tak berdaya akan keadaan ini?
Negara selama ini hanya kita butuhkan saat – saat genting, mungkin ketika kita mengurus KTP, SIM di saat itulah kita membutuhkan negara. Mengurus KTP dan SIM tidaklah mungkin dilakukan lembaga lain yang diluar konstitusi negara dalam hal ini bisa swasta. Namun ketika kita menjalani realita kehidupan sehari – hari dimana banyak peristiwa yang bertolakbelakang dengan fungsi negara seperti peristiwa tawuran, kerusuhan etnis antar suku atau umat beragama, semakin banyak fakir miskin, pengangguran, kriminalitas, korupsi, dan mafia – mafia di dalam penyelenggaraan negara, mungkin sebagian orang bertanya kemana negara? Dimana negara? Negara seolah tak berdaya, negara seolah tak mempunyai peran dan fungsi sebagai penyejahtera warga negaranya, pelindung warga negaranya, penjaga ketertiban, dan penegak keadilan. Negara hanya menjadi pelampiasan kekuasaan untuk orang – orang yang bermodal dan mempunyai kepentingan segelintir saja, sedangkan rakyat hanya menjadi korban dan objek “mainan” dari para kaum borjuis dan kapitalis.
Saya teringat dengan sebuah film berjudul Chico Mendez, sebuah film yang menceritakan ketidakberdayaan negara melawan pemegang modal, dimana saat itu pemegang modal menebang ribuan pohon karet di kota Chanceiro, Brazil yang menyebab hilangnya mata pencaharian sebagian besar warga. Dari sebagian warga itu lahirlah seorang anak lelaki bernama Chico Mendez, Chico kecil melihat betapa kejamnya pemegang modal berlaku sewenang – wenang di kampung halamannya hingga pada akhirnya ayahnya terbunuh karena menentang penguasa negara yang sudah ditunggangi oleh para kaum kapitalis untuk membuka lahan hutan karet sebagai tempat industri pabrik – pabrik, perumahan, dan jalan – jalan. Meski membela kebenaran Chico Mendez harus ditangkap dan dijebloskan ke penjara, hingga pada akhrinya perjuangan Chico Mendez ini harus berakhir di ujung senapan peluru yang ditembakkan oleh para pekerja yang ditungganggi pemilik modal.
Memang ringkasan film tersebut tidak menggambarkan keadaan negara Indonesia, namun jika kita melihat secara dalam keadaan tersebut hampir mirip dengan Indonesia. Orang miskin yang begitu banyak di negara ini, ketidakadilan yang menyebar di mana, namun para elite politik dan penguasa berebut jatah hitungan laba rupiah dari jabatan. Negara seakan menjadi mainan yang menghasilkan uang dan menaikkan jabatan semata, sedangkan rakyat hanya berteriak kelaparan, kesulitan mencari pekerjaan, dan bergolak dengan masalah – masalah sendiri tanpa uluran tangan dari negara. Ambil kecil saja nasib para TKI di luar negeri yang mencapai 6 juta orang, namun semuanya itu yang jelas nasibnya bisa dihitung dengan jari. Bahkan beberapa waktu negara kembali lengah ketika satu warga negaranya dihukum pancung di Arab Saudi tanpa sepengetahuan negara. Bukan itu saja masih banyak warga negara Indonesia di luar negeri yang menjadi daftar tunggu menuju alam barzah. Jangankan di luar negeri di dalam negeri saja masih banyak fungsi negara yang tidak terlaksana, jumlah penderita gizi buruk pada balita yang bertambah, pengangguran yang semakin menjadi, kemiskinan yang kian kronis, dan keadilan yang sulit di dapat. Beberapa waktu lalu di Pamekasan ada seorang yang mencuri sehelai kain sarung harus mendapatkan hukuman 5 tahun penjara, atau seorang Ibu yang terpaksa mencuri sepeda ontel di Sugiyo, Lamongan karena tidak mempunyai uang untuk membiayai anaknya sekolah juga diancam hukuman 1 tahun penjara. Kemudian bandingkan dengan para koruptor yang mencuri uang rakyat milyaran hingga triliyunan yang mendapat hukuman maksimal 5 tahun saja.
Dari beberapa kasus yang terjadi di realita kehidupan sehari – hari ini, patut kita bertanya masihkah kita membutuhkan negara, jika fungsi negara yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu kesejahteraan bagi warga negara, melaksanakan ketertiban, pertahanan dan keamanan, dan menegakkan keadilan itu saja tidak bisa terlaksana di kehidupan berbangsa dan bernegara. Rakyat hanya tahu negara jika mereka akan mengurus KTP, SIM, dan Akta Kelahiran. Namun ketika melihat banyaknya kemiskinan, banyaknya kerusuhan, lemahnya perlindungan warga negara, banyaknya korupsi, dan ketidakadilan yang merajalela, dimana peran negara itu? Lalu masihkah kita membutuhkan negara jika hanya Cuma mengurus KTP, SIM, dan Akta Kelahiran?





Rabu, 27 Juli 2011

Pendidikan Gratis Hanya Mimpi Semu?

Ketika tahun ajaran baru para orang tua yang mempunyai putra putri memasuki jenjang sekolah lebih tinggi mempunyai kesibukan lebih. Hal ini sangatlah wajar, selain mencarikan sekolah yang tepat untuk anaknya, para orang tua tentu akan dipusingkan dengan anggaran untuk sekolah anak. Meski untuk tingkat SD dan SMP negeri Menteri Pendidikan Nasional memutuskan menggratiskan pendaftaran di pendidikan dasar baik SD dan SMP negeri, namun ternyata hal itu hanya manis di lidah. Beberapa berita di surat kabar dan televisi mencatat masih ada beberapa SD dan SMP negeri yang menarik biaya pendaftaran. Biaya pendaftaran, bolehlag gratis tapi biaya sekolah tetaplah mencekik. Padahal ketika melihat anggaran dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang dianggarkan negara untuk murid di tingkat SD dan SMP negeri per tahun, tampaknya hal itu sangat mungkin pendidikan SD dan SMP negeri bisa digratiskan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah menetapkan anggaran BOS untuk SD negeri di kota sebesar Rp 400 ribu per siswa per tahun dan untuk SD negeri di kabupaten sebesar Rp 397 ribu per siswa per tahun. Sedangkan untuk tingkat SMP negeri di kota sebesar Rp 575 ribu per siswa per tahun dan untuk SMP negeri di kabupaten sebesar Rp 570 ribu per siswa per tahun (Hadi Supeno, 2009. Korupsi di Daerah : 105).  Kalau dana tersebut masih kurang pihak pemerintah kabupaten akan memberikan melalui beberapa program. Namun jika dana itu tak mengalir dengan jelas dana BOS patut untuk dipertanyakan arahnya.
Di Bojonegoro sendiri, pendidikan gratis juga hanya semacam sponsor dan mimpi semu, mengapa itu terjadi? Memang sudah banyak SPP bulanan di SD dan SMP negeri yang gratis, namun biaya lain – lain yang mencekik leher para orang tua atau wali murid. Biaya itulah yang tidak terduga dari mulai pengadaan seragam sekolah yang membayar, pungutan liar, buku dan LKS. Lebih memprihatinkan lagi ternyata dari sanalah praktek korupsi menjamur di dunia pendidikan Indonesia (baca buku Hadi Supeno, Korupsi di Daerah halaman 79 – 124). Masih ada pula satu kasus yang menyita perhatian penulis dimana penulis mendapat laporan dari seorang murid SMA negeri di Kecamatan Bojonegoro yang mendapat informasi dari gurunya, bahwa ada salah satu sekolah SMP negeri yang menarik dana untuk MOS (Masa Orientasi Siswa) sebesar Rp 100 ribu per anak. Bagi sekolah RSBI dan RMBI ada juga dana dari APBN sebesar Rp 500 juta per tahun untuk sekolah – sekolah yang masuk kategori RSBI dan RMBI, tapi lihatlah apa kenyataannya? RSBI dan RMBI hanya sekolah bagi kaum borjuis dan kapitalis di negara ini. Lalu siapa yang harus menanggung semuanya? Janji sekolah gratis yang dicanangkan bupati Bojonegoro dan negara Indonesia seakan jauh panggang dari api. Rakyat Indonesia kembali harus menjadi korban kapitalisasi pendidikan di negaranya sendiri. Rakyat Indonesia juga harus membayar biaya lain – lain yang tak jelas asal muara dan hilirnya, itupun diperparah dengan kualitas sekolah yang tidak seimbang. Hanya orang kaya yang bisa menikmati pendidikan dengan fasilitas yang layak.
Pada akhirnya janji pemerintah pusat dan pemerintah daerah Bojonegoro memberikan pendidikan gratis patut dipertanyakan. Masihkah ada pendidikan gratis atau hanya sekedar mimpi semu bagi rakyat Indonesia? (Avi Litbang BSB 10)